KABUL - Sekitar 79 persen populasi di Afghanistan kesulitan dalam mengakses air minum, menurut sebuah laporan dari Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Development Programme/UNDP) Afghanistan.

Laporan yang dirilis, pada Jumat (22/3) itu, menyatakan kondisi kekeringan yang parah, ketidakstabilan ekonomi, dan berbagai dampak mengerikan dari konflik berkepanjangan secara signifikan melemahkan infrastruktur air di Afghanistan.

Seperti dikutip dari Antara, krisis itu berdampak lebih besar terhadap rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan, yang menghadapi berbagai hambatan tambahan dalam mengakses fasilitas air publik, memperparah kerentanan mereka, menurut laporan itu.

Wilayah Afghanistan yang dikelilingi daratan (landlocked) sedang berjuang melawan kekeringan yang semakin parah.

Pemerintah sementara Afghanistan membangun sejumlah bendungan kecil, jaringan pasokan air, dan kanal air di seluruh negara tersebut guna menambah dan menyimpan air tanah.

Kondisi Memprihatinkan

Afghanistan memang kondisinya memprihatinkan. Perusahaan layanan kesehatan dan keamanan yakni International SOS, baru-baru ini merilis beberapa daftar negara di dunia, khususnya yang paling aman hingga berbahaya untuk dikunjungi pada 2024 mendatang.

Mengutip CNBC Internasional, di dalam Peta Risiko 2024, International SOS memberi peringkat negara-negara ini berdasarkan beberapa faktor, mulai dari keamanan, bahaya medis, serta dampak perubahan iklim.

International SOS merilis negara-negara dengan risiko medis "sangat tinggi", yang dinilai berdasarkan prevalensi penyakit menular seperti Covid dan standar layanan medis darurat. Negara yang masuk kategori ini, antara lain Afghanistan dan Korea Utara, serta beberapa negara Afrika termasuk Sudan dan Libya.

SOS Internasional juga memberi peringkat negara-negara berdasarkan perubahan iklim dan bagaimana hal itu dapat menyebabkan krisis dan bencana kemanusiaan. Namun bagi para pelancong, hal ini mungkin belum menjadi masalah.

"Kami melihat risiko-risiko ini menjadi semakin saling bergantung. Misalnya, memburuknya kondisi iklim dapat menyebabkan peningkatan risiko medis, khususnya perkembangan penyakit baru, atau peningkatan frekuensi penyakit yang sudah ada," kata Noriko Takasaki, Direktur Keamanan di International SOS.

Baca Juga: