Sebagai lembaga pendidikan Universitas Airlangga (Unair) terlibat dengan banyak aktivitas, di antaranya pembuatan vaksin Covid-19. Unair juga terus berinovasi untuk meningkatkan ranking dunia, Asia, dan dalam negeri.

Sejak muncul di Wuhan, Tiongkok, tahun lalu, hingga kini meluas ke seluruh dunia, infeksi Covid-19 telah mencapai lebih dari 51 juta kasus. Virus tersebut mengakibatkan lebih dari 1,2 juta kematian. Adapun di Indonesia, wabah akibat virus SARS- CoV-2 telah menyebabkan hampir 450 ribu kasus positif, sedangkan korban meninggal lebih dari 14.761 kematian.

Dengan sigap, pemerintah melancarkan sejumlah tanggapan, termasuk membentuk Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19. Saat ini, ada enam institusi dalam negeri yang mengembangkan vaksin Covid-19, "Merah Putih". Mereka adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Airlangga.

Baru-baru ini, dalam acara Dies Natalis ke-66, Universitas Airlangga (Unair) meluncurkan vaksin Merah Putih yang dikembangkan bersama Kemenristekdikti, PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia, dan RSUD dr Soetomo Surabaya. Pada kesempatan itu, Unair juga meluncurkan sejumlah inovasi terkait penanganan Covid-19, seperti vaksin oral, formula reagen untuk tes PCR, dan kombinasi obat senyawa Unair 3.

Untuk mengetahui lebih dalam berbagai program Unair tersebut, wartawan Koran Jakarta, Selocahyo, mewawancarai Rektor Uniar, Mohammad Nasih. Berikut petikannya.

Bisa dijelaskan keikutsertaan Unair dalam pengembangan vaksin Merah Putih?

Masyarakat tentu menunggu vaksin guna meredakan pandemi Covid-19. Unair sebagai lembaga pendidikan yang memiliki pusat penelitian berkomitmen ikut mengembangkan vaksin dalam negeri bersama lembaga lainnya. Namun, seperti diketahui, proses pengembangan vaksin tidak mudah dan singkat. Beragam vaksin membutuhkan waktu tahunan, bahkan belasan dari proses eksplorasi virus hingga tersertifikasi untuk digunakan secara massal.

Bagaimana mengatasi kendala waktu itu?

Dengan pesatnya perkembangan teknologi IR 4.0 bahkan 5.0, khususnya di bidang biomolecule engineering, medical engineering, dan bio-informatics, maka kemungkinan pengembangan vaksin saat ini menjadi lebih cepat dibanding era 3.0 atau sebelumnya. Apabila berjalan lancar, hasilnya akan tampak sekitar Maret-April tahun depan. Mudah-mudahan berjalan lancar karena kita harus evaluasi efek samping dan lain-lain. Semua harus aman.

Dengan peluncuran ini, apakah vaksin telah siap?

Jadi, launching ini bukan untuk digunakan, tapi tentang kelanjutan pengembangannya. Sebab, selama ini belum ada ba-bi-bu apa-apa kan? Sehingga kita ingin dalam ulang tahun ke-66 Unair ini, ada yang bisa kita sampaikan. Karena kalau menunggu selesai bisa lama sekali. Jadi, launching ini tentang adanya kemajuan, dari beberapa macam ikhtiar yang kita lakukan berkaitan dengan obat, vaksin, dan lain-lain. Ini termasuk reagen yang kita kembangkan.

Siapa saja yang terlibat dalam pengembangan vaksin?

Ada dua tim pengembangan di Unair dengan dua platform berbeda. Tim pertama, diketuai Prof Dr Fedik Abdul Ratam, dengan platform viral vektor. Tim kedua, diketuai Prof Dr Budi Santoso dengan platform peptide. Namun, kedua tim peneliti tetap saling membantu. Tim pengembangan melibatkan berbagai praktisi, peneliti, akademisi, dan stakeholder. Jadi, sangat komprehensif. Selain itu, ada berbagai pusat riset di Unair yang terlibat dalam pengembangan vaksin, antara lain Institute Tropical Disease, Pusat Riset Molekul Hayati, dan AIRC (Avian Influenza Research Centre).

Sejauh ini, bagaimana perkembangannya?

Uji in vitro Unair telah selesai. Tetapi, ada proses-proses yang lebih membutuhkan teknologi lebih maju lagi, berkaitan dengan masalah pembiakan dan lain-lain. Sehingga diperlukan kerja sama dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia. Di sana akan dilakukan animal trial untuk beberapa bulan. Animal trial mulai dari tikus sampai kera. Kami tidak punya fasilitas sampai ke sana karena laboratorium BSL 3 sedang direnovasi, terutama untuk kera. Untuk tahap mekanisme pembiakan, dalam 1-2 pekan depan kami undang kawan-kawan Biotis yang punya fasilitas pengembangan virus.

Kelanjutan setelah uji coba pada hewan?

Setelah pada kera sukses, bila hasilnya efektif, tidak ada dampak signifikan, akan kami lanjutkan trial pada manusia. Ini perlu waktu juga. Tahap satu, dua, maupun tiga. Prosesnya agak panjang. Yang penting sebagai akademisi, Unair terus bergerak untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara. Itu yang penting.

Proyeksi vaksin Unair dengan program vaksin pemerintah lainnya?

Sekali lagi kami sampaikan, tugas kami ada di level penyediaannya. Nanti proses selanjutnya akan tergantung pada pemerintah. Soal nanti dipakai atau tidak, soal industri dan bisnisnya, tentu kami serahkan pada pihak-pihak yang lebih relevan dan punya kewenangan. Kami tidak ingin membuyarkan program vaksin yang sudah ditetapkan presiden. Kami siap melakukan penyesuaian agar bermanfat untuk bangsa dan negara. Tentu pada tahun-tahun berikutnya tidak akan cukup dengan itu saja (vaksin pemerintah). Misalnya yang dibeli sudah habis dipakai. Ini bisa dimanfaatkan, bukan untuk menggantikan.

Bagaimana dengan vaksin oral?

Vaksin oral pengembangan kerja sama kami dengan berbagai institusi riset di luar negeri seperti Kanada dan Inggris. Ini dimotori dr Satria. Beberapa produknya sudah dalam tahap akhir di Indonesia, terutama pada vaksin influenza. Kami lakukan proses di LPT (Lembaga Penyakit Tropis). Pengembangannya pakai strain virus Indonesia. Ini dikembangkan di sini. Ahlinya juga sudah datang. Sedang disiapkan, tapi tentu juga ada proses persiapan di Inggris.

Perkembangan vaksin oral sampai di mana?

Formula dan bentuknya sudah ada. Uji in vitro dan lainya sudah dilalui. Sekarang sedang kami siapkan protokol uji klinis. Untuk uji klinis, diperlukan proses yang sangat panjang dan tidak mudah. Harus mendapat izin BPOM. Kalau izin sudah turun, segera diuji. Jadi, sudah hampir sampai tahap akhir. Setelah ini akan segera uji klinis. Kalau vaksin oral influenza sudah selesai. Mudah-mudahan tidak ada aral melintang, sehingga vaksin bisa lebih cepat tersedia.

Bila dibandingkan, prediksi lebih cepat selesai vaksin merah putih atau vaksin oral?

Sepertinya akan lebih mudah untuk yang oral. Ini kalau dilihat sisi prosesnya. Tapi kami tidak tahu hasilnya seperti apa. Sebab harus kami evaluasi efek samping dan lain-lain. Semua harus amanlah. Melihat perkembangannya, vaksin oral lebih mudah. Sebab vaksin harus suntik. Perlu banyak tenaga dan persiapan. Kalau vaksin oral, bahasa sederhananya, pakai pisang (ditelan) saja bisa.

Soal obat Senyawa Unair 3, bagaimana perkembangannya ?

Obat senyawa Unair 3 dikembangkan bersama Badan Intelijen Negara (BIN). Saat ini tengah menjalani evaluasi dari BPOM. Jadi, kami menunggu petunjuk dan penugasan kawan-kawan BIN. Tampaknya mereka masih menunggu hasil evaluasi lebih detil dari BPOM. Sebab posisi Unair lebih pada melaksanakan penelitian dan uji klinis. Kami belum mendapat tambahan informasi dan perintah. Tentu ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.

Apa alasan menggandeng Kimia Farma untuk pengembangan Senyawa Unair 3?

Yang juga kami tindak lanjuti dengan Kimia Farma juga penyediaaan bahan. Pertama, untuk obat senyawa Unair 3. Pengadaan proses lanjutannya dengan Kimia Farma. Karena ada soal kerahasiaan formula, menyangkut paten dan hak, sudah kami lakukan kesepakatan kerahasiaan. Bahan ini diperlukan untuk proses uji klinik. Kalau tidak ada bahannya, kami tidak bisa melanjutkan ke tahap uji ini. Sehingga Kimia Farma akan menyediakan karena sesuai dengan pekerjaan (tupoksi)-nya.

Bisa dijelaskan soal pengembangan reagen?

Inovasi reagen ini untuk PCR. Selama ini, kalau kami bicara tentang tes PCR, ada tiga tahapan. Pertama, pengambilan swab-nya. Kedua, persiapan pencampurannya. Ketiga, masuk ke mesin PCR-nya. Nah dengan reagen ini, proses persiapan di tahap dua tadi, bisa dipotong (persingkat), sehingga hanya perlu dua tahap: pengambilan swab dan langsung masuk ke mesin PCR.

Keunggulan inovasi reagen?

Dampaknya, proses tes PCR akan lebih cepat. Yang terpenting pasti lebih murah, karena dalam satuan waktu lebih produktif. Dari pemanfaatan reagennya akan lebih murah lagi.

Pihak mana saja yang diajak kerja sama untuk pengembangan reagen?

Untuk reagen PCR ini, kami juga bekerja sama dengan kawan-kawan TNI. Untuk bisa dimanfaatkan TNI. Kalau nanti semua prosesnya lancar, bisa digunakan di tempat-tempat lain. Dengan Kimia Farma kami juga lakukan kerja sama untuk pengembangan reagen.

Bisa dijelaskan soal pengembangan kombinasi regimen obat?

Kombinasi obat ini sudah dipatenkan. Inovasi ini hasil kolaborasi antara Unair, BNPB, dan BIN. Lima kombinasi regimen obat ini berasal dari obat-obat yang sudah beredar di pasaran dan berpotensi menjadi obat bagi pasien Covid-19. Kombinasinya, antara lain terdiri dari Hydroxychloroquine dengan azithromicyne. Lalu ada Hydroxychloroquine dengan Lopinavir/ritonavir dan azithromicyne. Lopinavir/ritonavir dengan doxycyline, dan Lopinavir/ritonavir dengan chlaritromycine, doxycycline.

Ini adalah kombinasi-kombinasi yang secara in vitro sudah dibuktikan efektif bersama-sama dan direkomendasikan oleh Persatuan Dokter Paru Indonesia. Kami berharap obat-obat tersebut bisa dimanfaatkan untuk pencegahan, agar pasien dalam kondisi ringan, tidak menjadi sedang, apalagi berat. Demikian pun mereka yang sakit sedang, tidak menjadi berat. Kami berharap para dokter lulusan Unair bisa memanfaatkan obat ini sebaik-baiknya.

Bagaimana dengan metode penanganan Covid-19 menggunakan stem cell?

Peneliti kami menemukan potensi dua formula dalam penelitian stem cell, yakni HSCs (Haematopotic Stem Cells) dan NK (Natural Killer) cells sebagai obat Covid-19. Keduanya dalam pengembangan, memiliki potensi yang efektif sebagai pengobatan bergejala sedang dan berat. Yang penting, proses penelitiannya tidak perlu waktu terlalu lama. Sekitar Januari nanti, produk ini bisa kita lihat karena lebih sederhana. Kerja samanya tidak dengan BPOM, tapi Kemenkes, sehingha bisa lebih lancar.

Peran RS Unair dalam penanganan Covid-19?

Dalam rangka penanganan Covid-19 Unair menjadi Universitas Siaga Covid. Di antaranva RS Unair dijadikan sebagai rumah sakit rujukan dalam penanganan Covid-19. Jumlah spesimen untuk test swab Lembaga Penyakit Tropis Unair per 6 November 2020 sebanyak 31.374. Yang positif hingga 5 November sebanvak 13.867 spesimen. Sementara itu, untuk RS Unair total spesimen sebanyak 6.697. Yang positif sebanyak 911 per oktober 2020. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun ini, RS Unair merupakan rumah sakit yang menangani kasus positif Covid-19 tertinggi kedua di Indonesia dengan pasien sejumlah 360 dalam kurun waktu 4 bulan dari Maret hingga Juni 2020.

Bagaimana perkembangan posisi Unair dalam peringkat global saat ini?

Unair sedang fokus pada international exposuré yang diharapkan dapat menunjang capaian Top 400 Dunia. Alhamdulillah, kami berada pada posisi cukup baik dan menggembirakan. Kurang 21 poin lagi, kami masuk peringkat Top 400 QS World University Ranking. Menurut QS, kami ada di jajaran 521-530 top dunia.

Bagaimana dengan di Asia dan Indonesia?

Beberapa hari ke depan, kami juga akan mengalami peningkatan. Tahun lalu, kami masih pada angka 171. Yang cukup menggembirakan, Unair saat ini sudah dalam posisi 20 top Asia Tenggara. Di Indonesia, kami nomor 4. Perankingan Dikti juga nomor 4, setelah UGM, UI, dan ITB. Demikian juga dengan beberapa dari subjek seperti prodi manajemen dan bisnis, kami di posisi top 451 dunia.

Apa upaya untuk meningkatkan peringkat?

Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut, dengan meningkatkan jumlah kolaborasi penelitian internasional dengan universitas di luar negeri. Perkembangan dalam kolaborasi internasional selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan. Dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 59 persen. Dibanding tahun 2016, capaian pertumbuhan Unair tahun 2020 meningkat drastic. Tumbuh sebesar 434 persen.

Apalagi yang harus dilakukan?

Langkah strategis untuk meningkatkan scholarly productivity (produktivitas ilmiah) Unair dengan salah satu pilar SMART, yakni meaningful research and community services. Ada beberapa program yang akan dilakukan dalam lima tahun kedepan, di antaranya program riset yang fokus pada prioritas riset nasional (PRN) dan core competence Unair, melakukan peningkatan interdisciplinary research melalui program research mandate dan research group. Kemudian, meningkatkan iklim maupun kapasitas riset melalui research group dan research center maupun kolaborasi internasional. Langkah lain, memfokuskan community services pada SDG's sesuai core competence Unair. Meningkatkan iklim kepedulian sosial dan kerja sama untuk mengoptimalkan CSR, filantropi, serta institusi global.

Dukungan lain untuk riset?

Unair memberikan dukungan riset melalui kebijakan insentif yang diberikan kepada para peneliti. Tidak hanya itu. Beberapa fasilitas, misalnya, layanan translasi dan proofreading juga diberikan. Kebijakan ini memberi dampak positif meningkatnya kualitas penelitian dosen dan peer group pada beberapa program unggulan universitas yang menunjukkan peningkatan sangat baik. Penelitian sudah diarahkan pada fokus-fokus riset dengan roadmap terintegrasi antara bidang health science, life science, dan social science yang menunjang perwujudan research excellence sesuai dengan bidang sasaran penelitian tahun 2018, seperti kesehatan, bahan alam, dan ketahanan pangan.

G-1

Baca Juga: