SURABAYA - Para peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengklaim telah berhasil menemukan obat untuk virus Korona jenis baru, Covid-19. Rektor Unair, Mohammad Nasih menjelaskan, obat tersebut dibuat dari 5 jenis senyawa yang memiliki daya ikat terhadap virus Covid-19, dan lebih kuat dibandingkan Avigan dan obat malaria Chloroquine yang sebelumnya telah digunakan oleh berbagai negara termasuk Amerika Serikat (AS). Namun sebelum dapat diproduksi massal, obat tersebut masih harus melewati beberapa tahap pengujian.

"Saat ini kami sudah memperoleh lima senyawa yang menurut hasil riset kami Insya Allah lebih kuat ikatannya dibandingkan dengan Chloroquine untuk penangan Covid-19. Tetapi sebelum diproses lebih lanjut lima senyawa ini masih harus melewati dua tahapan lagi," kata Nasih, baru-baru ini.

Dia menuturkan, pengujian terhadap kelima senyawa itu sendiri akan dilakukan di Institute of Tropical Disease (ITD) Unair, yang sebelumnya fasilitas tersebut telah berhasil menemukan vaksin flu burung. Selama ini ITDs juga telah mampu melakukan tes swab PCR (Polymerase Chain Reaction).

"Kita ingin memastikan obat itu teruji secara ilmiah sebelum diproduksi. Mudah-mudahan uji klinis bisa dilakukan 1-2 bulan kedepan, ini adalah bakal calon sintesis," ujarnya, Kamis (2/4).

Menurutnya, hasil penelitian Unair terhadap kelima senyawa sebagai obat virus Covid-19 itu terlebih dahulu para peneliti akan melakukan publikasi scopus jurnal internasional. Tujuannya agar seluruh ahli dari seluruh dunia bisa berdiskusi bersama terkait penelitian tersebut.

"Diharapkan dari jurnal internasional tersebut, para peneliti di dunia bisa mempercayai kredibilitas dari hasil penelitian lima senyawa itu dan saling berdebat untuk menguji keabsahan hasil penelitian. Akademisi akan bisa berdebat dan bisa teruji, isu-isu tentang korona bisa dilakukan dengan tajam dan ilmiah. Sekarang sedang dibaut jurnal ilmiahnya," tuturnya.

Dia menambahkan, dari perdebatan para ahli tersebut akan ditemukan koreksi-koreksi dari penggunaan lima senyawa itu, sehingga peneliti bisa melanjutkan ke tahapan pengujian berikutnya, uji secara langsung terhadap virus Covid-19.

"Tetapi pembuatan obat dari senyawa ini membutuhkan waktu yang cukup lama, setidaknya satu tahun, mengingat proses persiapan dan pengujian yang begitu panjang. Virus akan diberi senyawa-senyawa itu lalu reaksinya seperti apa sehingga sintetis obat bisa segera dihasilkan dengan sebaik-sebaiknya," katanya.

Selain itu, Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati Unair telah mengembangkan tiga program untuk mengatasi pandemi virus Korona. Di antaranya yaitu pengembangan kit deteksi covid 19 portabel berbasis biosensor RNA.

"Alat pendeteksi ini sedang dalam proses perkembangan. Harapannya, dalam waktu dua bulan kit deketsi Covid- 19 portabel berbasis biosensor RNA ini bisa dioperasikan. Kit ini akan memeriksa dengan relatif lebih cepat dan tepat melalui swab," ungkap Nasih.

Program kedua lanjutnya, adalah pengembangan vaksin berbasis protein rekombinan untuk virus Covid-19. SB/AR-3

Baca Juga: