JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi nasional karena mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memiliki pangsa pasar yang besar.
Namun, di tengah pandemi Covid-19 yang membuat aktivitas lebih terbatas menuntut dilakukan penyesuaian model kerja dan pemasaran yang lebih mengandalkan teknologi atau yang dikenal dengan digitalisasi.
Demikian dikatakan Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, dalam diskusi Economic Student Committee, Magister Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, di Jakarta, Senin (21/12).
Menurut Destry, tren digitalisasi di sektor keuangan meningkat pada masa pandemi, khususnya transaksi perdagangan elektronik atau e-commerce. Nilai transaksi mereka mencapai lebih dari 70 triliun rupiah pada kuartal III tahun 2020 atau meningkat dari kuartal sebelumnya 60 triliun rupiah. Seiring dengan itu, penggunaan uang elektronik (UE) juga meningkat terutama yang diterbitkan oleh nonbank.
"Namun, baru 16 persen UMKM yang sudah digital. Ini yang harus ditingkatkan," kata Destry.
UMKM sebagai katalisator perekonomian harus masuk ke era digitalisasi seiring dengan perubahan perilaku konsumen di tengah kondisi pandemi saat ini.
Sementara itu, Ketua Program Studi Magister Manajemen FEB UI, Rofikoh Rokhim, meminta lembaga keuangan untuk meningkatkan inklusi keuangan, terutama bagi perempuan agar mendorong perekonomian rumah tangga keluarga Indonesia.
"Akses keuangan bagi perempuan itu harus ditingkatkan karena selama ini akses perempuan untuk dapatkan layanan produk perbankan sangat terbatas, padahal rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perempuan rendah," kata Rofikoh.
Selain NPL yang rendah, bisnis yang dirintis perempuan berpeluangan tumbuh karena ketekunan serta jaringan konsumen rumah tangga yang cukup luas. Dia mencontohkan tidak sedikit UMKM di Tanah Air yang lahir dari tangan perempuan.
Pandai Berinvestasi
Selain mendorong para perempuan untuk memanfaatkan layanan produk perbankan, Rofikoh juga menyarankan kaum hawa untuk pandai berinvestasi. "Investasi itu dari nilai yang sedikit saja. Jangan tunggu uang banyak baru investasi, sebab yang dikit itu lama-lama jadi bukit. Jangan menunda untuk investasi," tegas Rofikoh yang menjabat sebagai Komisaris BRI.
Sementara itu, Asisten Deputi Perumusan Kebijakan Kesetaraan Gender, Kementerian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Muhammad Ihsan, mengatakan dengan mengacu pada data Kementerian Koperasi dan UKM, dari 64 juta unit usaha, 99,99 persen merupakan UMKM dan diperkirakan 50 persen dikelola atau dimiliki oleh perempuan. Pada tahun lalu, UMKM menyumbang 60 persen PDB dan berkontribusi 14 persen pada total ekspor nasional. "Jadi, peran perempuan ini sangat menopang ekonomi bangsa," tegas Ihsan.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan apresiasinya atas langkah yang telah dilakukan semua pihak dalam merealisasikan capaian target onboarding (penyesuaian) UMKM ke sektor digital yang hingga akhir November lalu jumlahnya telah mencapai 3,4 juta UMKM.
"Ini lebih besar 70 persen dari target yang telah kami tetapkan," kata Luhut. n ers/E-9