JAKARTA - Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terbukti mampu bertahan di tengah gejolak, seperti pengalaman saat krisis moneter pada 1998 hingga pandemi COVID-19.

"Survei Asian Development Bank (ADB) melaporkan bahwa sekitar 48,6 persen UMKM Indonesia tutup karena terdampak pandemi. Kita punya pengalaman krisis dan resesi tahun 1998, 2008, dan tahun ini, tapi satu hal yang selalu eksis, yakni UMKM," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Jakarta, Jumat (28/10).

Oleh karena itu, meskipun terdapat tekanan pandemi COVID 19 dan konflik geopolitik Rusia-Ukraina saat ini, Moeldoko meyakini UMKM akan segera pulih sepenuhnya. "Dunia saat ini menghadapi resesi, inflasi tinggi, dan pertumbuhan ekonomi menurun. Namun kita harus berbangga hati dengan semangat UMKM," kata Moeldoko.

Berkat UMKM, kata Moeldoko, maka ekonomi Indonesia terus tumbuh meskipun dunia sedang dilanda ketidakpastian. UMKM telah berperan penting dalam menyokong ketahanan ekonomi domestik.

Hal itu, katanya, karena UMKM mampu menggerakkan ekonomi di daerah dan memaksimalkan penggunaan bahan baku lokal. UMKM mampu menciptakan lapangan kerja padat karya.

Sektor UMKM yang jumlahnya mencapai 65,4 juta usaha berdasarkan data nasional tahun 2021, kata Moeldoko, terbukti mampu menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia.

"Presiden sangat paham bahwa UMKM jadi backbone (tulang punggung) perekonomian nasional. Oleh karenanya, saya harap dalam berbagai kegiatan dan kesempatan tidak hanya berpromosi, tapi memberikan program edukasi, konsultasi bisnis, dan literasi bagi para wirausahawan," kata Moeldoko seperti dikutip Antara.

Pemerintah, katanya, memberikan dukungan pertumbuhan UMKM dengan berbagai cara. Upaya itu, antara lain, dengan meningkatkan pangsa kredit UMKM dari sebesar 20 persen pada 2022 menjadi 30 persen di 2024. Pangsa kredit itu dihitung dari total kredit perbankan.

Belum Maksimal

Di bagian lain, Peneliti Pusat Studi Islam dan Pancasila (PSIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Nazar el Mahfudzi mengatakan bahwa apa yang diungkapkan oleh Moeldoko adalah kenyataan penting yang sayangnya dukungan kementerian terkait belum cukup memadai. Sejak krisis 1998, saat perusahaan-perusahaan kolaps oleh krisis moneter, UMKM terbukti menjadi tulang punggung perekonomian negara.

"Bahkan saat pandemi, hotel tutup, bandara sunyi, lihat saja para pekerja kota pulang ke daerah bikin-bikin ternak kambing, lele, jualan di pasar tradisional. Luar biasa kekuatan UMKM ini. Sayangnya dukungan dari sejumlah instansi terkait terhadap UMKM belum maksimal," papar Nazar.

Baca Juga: