MALANG - Untuk mengurangi krisis makanan akibat ledakan populasi Indonesia di masa depan, tim mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) galakkan penggunaan umbi porang sebagai pengganti nasi. Ide ini diikutsertakan pada Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Gagasan Futuristik Kontekstual (GFK) dan lolos pada tahap pendanaan oleh Ditjen Dikti pada Mei lalu.
Salah satu anggota tim, Chrisna Chandra Eka Iriawan, mengungkapkan lahan dan sumber makanan akan semakin berkurang jika populasi penduduk makin bertambah ke depannya. Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan lahan tersebut, tim PKM-GFK ini mencari berbagai bahan baku yang mungkin bisa menjadi alternatif pengganti padi.
"Tim kami akhirnya menemukan pengganti padi yang ideal yaitu beras analog yang berasal dari umbi porang. Umbi jenis ini sangat mudah ditanam dan dilestarikan. Bahan makanan ini juga tidak memakan banyak tempat, jadi tidak akan sulit untuk dibudidayakan," ujar mahasiswa Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) tersebut, dikutip dari rilis pers Jumat (23/7).
Chan sapaan akrabnya, kembali bercerita bahwa hasil akhir dari PKM-GFK yang dikerjakannya adalah sebuah video sosialisasi yang diperuntukkan bagi masyarakat. Ia dan tim telah merampungkan proses syuting pada 25 Juni lalu. Mahasiswa asal Sorong, Papua tersebut juga berencana merampungkan tahap editing pada awal Agustus nanti, sehingga bisa segera disosialisasikan kepada khalayak luas.
"Dalam mengedukasi masyarakat terkait umbi porong, kami menggunakan sarana film fiksi. Proses syuting tidak mengalami banyak kendala karena saya pribadi telah beberapa kali membuat film dokumenter. Mungkin cuma ada masalah-masalah kecil seperti menyamakan waktu luang antara talent dan kru," ungkap Chan.
Tak sendiri, Chan menggarap film ini bersama tiga teman sejawatnya yang lain. Ada Audy Rika Putri dan Adella Putri Cahyani. Mereka juga ditemani oleh Dewi Rahma Musyarofah.
Terakhir, Chan juga berharap pemanfaatan ubi porang sebagai pengganti padi ini dapat diterapkan di masa depan. Sehingga jika ledakan penduduk terjadi, kemungkinan kurangnya sumber pangan dapat ditekan. Selain itu ia juga berharap, produk video ini akan menjadi batu loncatan timnya untuk berlanjut ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas).
"Hal terpenting menurut saya adalah bagaimana pesan yang ingin kami sampaikan kepada masyarakat bisa terlaksana melalui film fiksi ini," tandasnya menutup.