Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengundang 41 kepala negara/kepala pemerintahan/ketua organisasi internasional, dalam KTT virtual Leaders Summit on Climate, pada 22-23 April 2021, termasuk negara penghasil emisi besar dunia, seperti Tiongkok, India, dan Russia.

Para pemimpin 41 kepala negara/kepala pemerintahan/ketua organisasi internasional itu bertanggung jawab atas 80 persen emisi gas rumah kaca tahunan yang memanaskan planet ini danmendatangkan bencanadalam bentuk kekeringan, topan, banjir, gelombang panas, dan kebakaran hutan. Mereka pun mengumbar janji dalam forum itu.

AS, selaku penghasil emisi terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, berjanji akan mengurangi emisi karbon hingga 50-52 persen di bawah tingkat 2005 pada tahun 2030. Sayangnya, pemimpin India, Russia, dan Tiongkok tidak membuat komitmen baru dalam forum itu.

Presiden Xi Jinping hanya mengisyaratkan akan memperketat pemakaian batu bara selama periode rencana lima tahun ke-14 dan menghentikannya secara bertahap dalam periode rencana lima tahun ke-15. Namun, kemungkinan itu terjadi setelah 2026.

Xi memang sempat mengejutkan dunia pada bulan September tahun lalu dengan mengumumkan bahwa Tiongkok akan mencapai puncak emisi karbon pada tahun 2030 dan mencapai netral karbon pada tahun 2060. Namun, Tiongkok masih terus berinvestasi dalam proyek bahan bakar fosil, terutama untuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara di seluruh wilayah Asia.

Presiden Russia, Vladimir Putin, mengusulkan memberikan perlakuan istimewa untuk investasi asing dalam proyek-proyek energi bersih. Perdana Menteri India, Modi, menekankan bahwaemisiper kapita negaranya 60 persen lebih rendah dari rata-rata global.

Presiden RI, Joko Widodo, mempromosikan Indonesia Green Industrial Park seluas 12.500 hektare di Kalimantan Utara akan menjadi yang terbesar di dunia. Sementara itu, Perdana Menteri Yoshide Suga mengatakan Jepang akan mengurangi emisi sebesar 46 persen pada tahun 2030.

Dunia telah mengalami dampak yang luar biasa dari perubahan iklim selama empat dekade terakhir. Lapisan es mencair, gletser surut, pertumbuhan kota makin besar, banjir menghantam dan kebakaran hutan terjadi di mana-mana.

Kita tahu bahwa hutan tropis adalah rumah bagi 50-90 persen dari semua tumbuhan dan hewan darat. Mereka juga penting untuk iklim, menyerap dan menyimpan karbon dioksida dalam jumlah besar.

Tetapi di Amazon, Afrika Tengah, termasuk Indonesia dan sebagian Asia lainnya semakin banyak pohon yang ditebang dalam beberapa dekade terakhir.

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa risiko yang harus dihadapi jika terjadipeningkatan suhu sebesar satu derajat bisa membuat 50 persen penduduk Bumi mengungsi. Banyak faktor yang membuat penduduk bumi mengungsi, satu di antaranya adalah banjir.

PBB mengingatkan bahwa planet kita berada di ambang kehancuran. Para pemimpin di mana pun harus bertindak. Pertama, dengan membangun koalisi global untuk emisi bersih net-zero pada pertengahan abad.

Kedua, menjadikan dekade ini sebagai dekade transformasi. Negara-negara di dunia harus memberikan kontribusi baru yang lebih ambisius untuk 10 tahun ke depan yang selaras dengan jalur net-zero 2050.

Baca Juga: