JAKARTA - Perayaan Tri Hari Suci ke depan akan mendapatkan makna terdalam ketika umat merayakan Paskah di tengah pandemi Covid-19. Seluruh umat Katolik harus yakin dengan kerja bersama semua masyarakat Indonesia, masalah wabah virus korona dapat diatasi dengan baik.

"Perayaan Tri Hari Suci mendapatkan makna terdalam ketika kita merayakan Paskah dalam situasi menghadapi pandemi virus korona. Perayaan Minggu Palma lewat media online tidak mengurangi makna perayaan Tri Hari Suci ke depan," kata rohaniawan yang menjabat sebagai Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Romo Benny Susetyo dalam pernyataan tertulis yang diterima Koran Jakarta, Minggu (5/4).

Romo Benny mengajak umat Katolik untuk bisa memaknai spirit Tri Hari Suci yaitu Kamis Putih, Jumat Agung, Minggu Paskah dalam keheningan dan kontemplasi. Merenungkan kembali makna Paskah sejati yakni mengalahkan maut.

"Spirit ini menjadi optimistis bahwa kita mampu mengalahkan kemauan kita. Displin diri menjaga jarak dua meter, tidak melakukan kegiatan mengundang massa. Kegiatan aktivitas lebih diutamakan di rumah, cuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan badan, mengonsumsi makanan bergizi, dan buah-buahan mengandung vitamin C," tandas Romo Benny.

Harus Yakin

Menurut Romo Benny, iman harus menjadi momentum umat Katolik mereeksikan Tri Hari Suci. Umat harus yakin iman akan kebangkitan mengalahkan maut. Seluruh umat mesti optimistis masa kelam ini akan segera berlalu.

Sebelumnya, terkait dengan masalah Covid-19 ini, Romo Benny mengatakan menghadapi gejolak ekonomi akibat merebaknya virus korona di Tanah Air, dibutuhkan kreativitas sosial untuk membangun dan memperkuat solidaritas sosial. Dalam konteks ini peranan media sosial dan network sangat penting untuk membantu warga yang menghadapi krisis ekonomi dan tidak memperoleh pendapatan.

"Menghadapi gejolak ekonomi akibat dari virus korona dibutuhkan kreativitas sosial untuk membangun solidaritas sosial," kata Romo Benny.

Menurut Romo Benny, gerakan solidaritas sosial berbasis komunitas ini sangat efektif menghadapi kesulitan ekonomi tiap RT dan RW dengan membuat bank pangan yang berbasis RT dan RW. Bank pangan memobilisasi kebutuhan pokok masyarakat dan secara kreatif menanam sayuran, cabai, tomat di pekarangan kosong.

Jaringan sosial, tambah Romo Benny, bisa dijadikan network untuk saling berbagi dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat untuk hidup sehari-hari. Gerakan swasembada pangan ini dibangun dalam basis komunitas RT dan RW. ola/N-3

Baca Juga: