Kementerian Pertahanan Rusia pada Selasa (9/8) melaporkan pasukannya telah menghancurkan sejumlah besar amunisi yang digunakan sistem senjata buatan Amerika Serikat (AS) setelah menyerang sebuah depot senjata di Ukraina tengah.

Dikutip dari Russia Today, dalam pembaruan hariannya, kementerian mengklaim bahwa serangan itu dilakukan di dekat desa Uman di wilayah Cherkasy, Ukraina melalui senjata berbasis laut presisi tinggi jarak jauh. Akibat serangan itu, lebih dari 300 roket untuk sistem peluncuran roket ganda HIMARS hancur. Begitu juga sejumlah besar amunisi untuk howitzer M777 Amerika.

Laporan tersebut mengikuti pembaruan dari 7 Agustus, ketika kementerian mengklaim telah menghancurkan lebih dari 45.000 ton amunisi yang dipasok Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Ukraina selatan bersama dengan lima depot amunisi lainnya.

Pada akhir Juli, Rusia melaporkan memusnahkan lebih dari 100 roket HIMARS buatan AS di Wilayah Dnepropetrovsk Ukraina, bersama dengan 120 personel militer Ukraina serta tentara bayaran asing dan spesialis teknis yang menjaga fasilitas tersebut,.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa mereka secara aktif memantau pejuang asing dan spesialis yang berjuang untuk Ukraina, melaporkan jumlah mereka telah berkurang menjadi 2.190 dari 2.741 pada awal Juli.

Moskow optimis 175 tentara bayaran yang baru bergabung dengan pasukan Kyiv antara 8 Juli dan 5 Agustus tidak cukup untuk menutupi kerugian di barisan mereka.

"Selama periode yang ditentukan, kami dapat dengan andal mengkonfirmasi penghapusan 335 pejuang asing," kata kementerian itu, seraya menambahkan bahwa 398 lainnya telah meninggalkan wilayah Ukraina secara sukarela.

Rusia telah memulai invasi Ukraina pada 24 Februari, dengan dalih Kyiv telah gagal mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina. Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Sementara Ukraina menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.

Baca Juga: