Pada pekan keempat bulan puasa atau pekan kedua Juni, penarikan uang tunai akan mencapai puncaknya karena tunjangan hari raya (THR) sudah harus dibayarkan ke semua pekerja.

Jakarta akarta akartaakarta - Penarikan uang tunai oleh perbankan dan masyarakat sepanjang tiga pekan bulan puasa sudah mencapai 110 triliun rupiah. Jumlah tersebut sekitar 58,4 persen dari total uang tunai yang disiapkan Bank Indonesia (BI) untuk periode Ramadan-Lebaran tahun ini. "Pada hari-hari esok kita akan menghadapi hari-hari kritikal.

Bahwa minggu keempat sebelum Idul Fitri itulah biasanya orang berebut untuk menukarkan uang karena sudah mendapatkan THR," kata Deputi Gubernur BI, Rosmaya Hadi, pada konferensi pers, di Jakarta, Rabu (6/6). BI menyiapkan uang tunai khusus periode Ramadan dan Idul Fitri pada 2018 sebesar 188,2 triliun rupiah.

Jumlah itu naik 15,3 persen dibandingkan dengan kebutuhan pada periode sama tahun lalu. Realisasi penarikan uang tunai sebesar 110 triliun rupiah itu sejak periode awal Ramadan hingga 5 Juni 2018. Persentase penyerapan 58,4 persen itu meningkat dibandingkan realisasi pada 4 Juni 2018 yang mencapai 49,2 persen.

Menurut Rosmaya, dari jumlah penarikan itu, penarikan terbesar dilakukan di perbankan, yaitu mencapai 95,7 triliun rupiah atau 87 persen. Selain itu, penarikan melalui kas titipan sebesar 13,5 triliun rupiah atau 12,3 persen. Kemudian, penarikan melalui loket BI sebesar 760,8 miliar rupiah atau 0,7 persen. Sisanya sebesar 28,8 miliar rupiah melalui kegiatan lainnya.

Berdasarkan wilayahnya, realisasi penukaran tertinggi didominasi oleh masyarakat di Pulau Jawa selain wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sebesar 46,1 triliun rupiah. Kemudian wilayah Jabodetabek sebesar 27,9 triliun rupiah dan Sumatera 18,3 triliun rupiah.

Sedangkan untuk penukaran uang tunai, Rosmaya mengatakan terdapat 2.076 titik penukaran yang tersebar di seluruh Indonesia. "Di Jabodetabek, terdapat 160 titik penukaran. Di tempat-tempat kantor kas, bank, terakhir tanggal 5 Juni," kata dia. Setelah itu, penukaran uang akan bergerak ke arah kas keliling yang bahkan ada di jalur-jalur mudik. Dengan demikian, kata Rosmaya, titik-titik penukaran uang mengikuti mobilitas masyarakat.

Uang Palsu

Sementara itu, terkait peredaran uang palsu, Rosmaya mengungkapkan trennya turun. Menurut catatan BI, rasio peredaran uang rupiah palsu hingga pekan ketiga Ramadan atau Mei 2018 turun menjadi tiga lembar uang palsu pada satu juta lembar uang asli.

Rasio itu lebih sedikit dibandingkan pada Ramadan 2017 yang sebanyak sembilan lembar uang palsu pada satu juta lembar uang rupiah asli. Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI, Suhaedi menambahkan jumlah peredaran uang palsu terus turun drastis dalam tiga tahun terakhir, khususnya di daerah-daerah yang rawan dengan peredaran uang palsu seperti Pulau Jawa.

Pada 2016, rasio uang palsu adalah 1:13, kemudian menurun di 2017 menjadi 1:9, dan kini 1:3. "Hasil koordinasi dengan Kepolisian, setelah ada penegakan hukum yang kuat, rasionya terus menurun, akhir 2019 masih 1:9, sekarang sudah 1:3," ujar dia.

Ant/E-10

Baca Juga: