Menteri Industri dan Teknologi Turki Mehmet Fatih Kacir mengungkapkan, pemerintah bertekad untuk terus memberikan insentif untuk teknologi energi terbarukan. Pendekatan seperti ini membuat negara tersebut menjadi produsen panel surya nomor satu di Eropa dan nomor empat di segmen tenaga angin.

"Kerangka hukumnya akan diselaraskan dengan Kesepakatan Hijau Eropa termasuk pengenalan sistem perdagangan emisi," kata Kacir, dikutip dari Balkan Green Energy News, Senin (4/3).

Kacir menambahkan, Turki sedang mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kuat yang mendorong transformasi hijau dan digital. Ia mengatakan, pemerintah sedang bersiap-siap untuk memperkenalkan sistem perdagangan emisi. Sistem ini akan melindungi sebagian atau seluruh eksportir ke Uni Eropa dari biaya-biaya yang terkait dengan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM), pajak yang akan diberlakukan untuk emisi karbon dioksida.

Menurut dia, kerangka hukum ini sedang dalam proses harmonisasi dengan Kesepakatan Hijau Eropa. Ia berjanji untuk memperkuat lebih lanjut infrastruktur untuk transisi hijau, mengembangkan teknologi yang diperlukan dan meningkatkan investasi, lapangan kerja, manufaktur dan ekspor.

Turki bertujuan untuk melampaui Vietnam dan Korea Selatan dalam hal manufaktur tenaga surya. Insentif untuk energi terbarukan, efisiensi energi dan perlindungan lingkungan telah membuka jalan bagi investasi yang mencapai 637 miliar Lira Turki sejak tahun 2017. Jumlah tersebut setara dengan 18,8 miliar Euro saat ini, tetapi nilai Lira Turki telah turun hampir 90% terhadap euro pada periode yang sama.

"Dengan infrastruktur produksi energi terbarukan yang telah kami ciptakan, Turki menjadi yang pertama di Eropa dalam produksi panel surya saat ini," ujar Kacir.

Ia menambahkan, Turki berada di urutan kelima di segmen tenaga angin dengan fasilitasnya untuk komponen-komponen seperti menara, baling-baling dan generator. Pada bulan November, Kac?r mengatakan bahwa negara ini berada di urutan keempat di dunia dalam hal manufaktur tenaga surya dan bahwa negara ini bertujuan untuk segera menjadi yang kedua.

Sebagai imbalan atas dukungannya, pemerintah menuntut pengembang proyek untuk membeli hampir tiga perempat dari peralatan dan layanan di dalam negeri. Subsidi untuk energi terbarukan, sebagian besar diberikan melalui lelang, memotivasi produsen panel surya dan turbin angin untuk memulai atau memperluas operasi di negara tersebut.

Tiongkok menguasai sebagian besar pasar panel surya global, diikuti oleh Vietnam, Korea Selatan dan Turki. Malaysia adalah produsen terbesar kelima, sementara Amerika Serikat berada di urutan berikutnya.

Pangsa energi terbarukan dalam total kapasitas listrik di Turki telah mencapai 55%. Pemerintah telah meningkatkan kerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan internasional untuk mendukung investasi hijau.

"Melalui Peta Jalan Dekarbonisasi untuk Sektor Baja, Aluminium, Semen dan Pupuk, yang dipersiapkan dengan bantuan dari Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan, kami memeriksa kelayakan teknologi alternatif, pengurangan emisi yang diharapkan, ukuran investasi yang diperlukan dan kebijakan yang akan diterapkan di sektor-sektor strategis ini," imbuh Kacir.

Baca Juga: