Mengejar ketertinggalan kualitas pendidikan karena terjadi lost of learning itu penting tetapi memberi edukasi tentang pentingnya pelaksanaan protokol ke­sehatan jauh lebih penting

Semua sekolah dasar dan menengah di Singapura akan beralih ke pembelajaran berbasis rumah secara penuh mulai Rabu (19 Mei) hingga akhir semester. Ketentuan ini juga berlaku untuk siswa dari sekolah pendidikan khusus.

Pemerintah Singapura menyadari bahwa pergeseran pembelajaran dari rumah dapat menyebabkan kecemasan pada beberapa orang tua murid. Namun, keputusan tersebut harus diambil mengingat meningkatnya kasus Covid-19 di negara tersebut.

Sebagaimana diketahui, beberapa siswa sekolah dasar di Singapura dinyatakan positif Covid-19 dalam beberapa hari terakhir, dengan sebagian besar infeksi terkait dengan tempat kegiatan belajar-mengajar. Beberapa mutasi baru virus korona jauh lebih ganas dan tampaknya menyerang anak-anak-anak yang lebih muda. Virus jenis B1617 tampaknya lebih mempengaruhi anak-anak.

Meski demikian, beberapa institusi perguruan tinggi akan memberlakukan belajar secara tatap muka dengan mengurangi kehadiran di kampus dan mengubah lebih banyak kelas secara online jika memungkinkan, kecuali laboratorium dan praktikum.

Sikap tanggap pemerintah Singapura dalam memerangi pandemi Covid-19, terutama dengan munculnya varian baru yang lebih ganas, layak diacungi jempol mengingat Singapura merupakan negara kota yang tingkat kepadatan penduduknya cukup tinggi.

Hingga saat ini, Singapura yang berpenduduk 5,7 juta jiwa adalah negara yang paling sedikit jumlah kasus Covid-19. Sampai dengan 17 Mei 2021, tercatat 61.585 kasus dengan jumlah meninggal dunia 31 orang.

Karena itu, beberapa cerdik cendekia menyarankan agar pemerintah Indonesia menunda pembelajaran tatap muka terbatas.

Sebagaimana diketahui, pemerintah sudah mengumumkan bahwa seluruh satuan pendidikan atau sekolah bisa melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas pada tahun ajaran baru Juli 2021.

Ada dua alasan, pertama vaksinasi para pendidik dan tenaga pendidik sudah dilakukan. Kemudian untuk mencegah lost of learning karena kondisi pendidikan Indonesia sudah jauh tertinggal dari negara lain, terutama selama pandemi.

Namun melihat perkembangan terakhir, di mana masyarakat banyak yang melanggar aturan pemerintah untuk tidak mudik, pemerintah sebaiknya jangan buru-buru pembelajaran tatap muka.

Satu atau dua minggu ke depan, diperkirakan terjadi lonjakan tinggi kasus Covid-19. Ini sudah menjadi pola, setiap selesai liburan panjang, kasus baru meningkat pesat.

Tentu kita tidak berharap tsunami Covid-19 yang terjadi di India juga terjadi di Indonesia. Negara yang dikenal bersih dan menerapkan disiplin sangat tinggi seperti Singapura saja begitu khawatir terjadi lonjakan kasus baru dengan meniadakan pembelajaran tatap muka, masa Indonesia justru mengadakan belajar tatap muka.

Mengejar ketertinggalan kualitas pendidikan karena terjadi lost of learning selama masa pandemi itu penting, tetapi memberi edukasi tentang pentingnya pelaksanaan protokol kesehatan, seperti menghindari kerumunan dan sekolah tatap muka itu jauh lebih penting. Selain India, beberapa negara juga mengalami lonjakan kasus baru, tentu kita tidak ingin bernasib sama dengan mereka.

Baca Juga: