Indonesia sedang dihadapkan dengan bencana alam. Dari gempa di Lombok, menyusul gempa dan tsunami di Palu-Donggala, dan yang baru-baru terjadi adalah gempa di Situbondo.
Kehadiran bencana alam bisa membawa dua dampak sekaligus. Yaitu dampak negatif dan positif. Kedua dampak ini selalu berhubungan satu sama lain. Pertama, dampak negatif atau kerusakan akibat bencana, biasanya bersifat kerugian secara fisik maupun nonfisik. Seperti korban jiwa yang berjatuhan, serta kerugian dari segi bangunan maupun material lainnya.
Dampak positifnya, bencana ternyata bisa menjadi sarana penyadaran kepada manusia. Hal ini sangat erat kaitannya dengan aspek-aspek spiritual. Tidak sedikit orang menjadi sadar diri di saat peringatan Tuhan dengan bencana datang melanda. Terjadi perubahan watak dan sikap dalam dirinya. Juga di pihak lain, bisa menjadi sarana untuk menumbuhkan sikap empati terhadap sesama manusia yang menjadi korban bencana.
"Adanya wujud solidaritas atau bentuk kepedulian sesama di saat adanya bencana yang menimpa merupakan perilaku sosial yang berkembang di masyarakat pada umumnya. Dan hal tersebut tidak hanya ditemukan di Indonesia, namun semua masyarakat di negara lain bisa dipastikan demikian," ungkap Putri Langka, psikolog dari Universitas Pancasila Jakarta.
Tidak hanya kalangan pemerintah saja, melainkan segenap lapisan seperti mahasiswa, artis, hingga masyarakat biasa dalam berbagai strata sosial memiliki bentuk peduli terhadap sesamanya ketika bencana melanda saudaranya. Mengapa?
Karena sikap fitrah manusia adalah orang yang mempunyai dua hubungan, pertama hubungan vertikal. Hubungan antara manusia dengan Tuhan. Kedua, hubungan horizontal atau hubungan manusia dengan manusia. Kedua hubungan tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dan seimbang.
"Kepedulian merupakan rasa yang timbul dari dasar hati yang lantas mampu menggerakan fisik untuk melakukan tindakan. Implementasi dari rasa peduli bisa bervariasi. Seperti di kalangan mahasiswa sering kita jumpai mereka melakukan aksi penggalangan dana di kampus atau di jalan, bertujuan untuk membantu para korban bencana," ujarnya.
Hal ini, lanjutnya, menjadi sikap pilihan sebagai wujud aplikasi rasa peduli terhadap saudaranya yang membutuhkan uluran tangan. Yang lain bisa kita dapati dengan menjadi relawan yang langsung terjun ke lapangan, dan lainnya.
Pada intinya, rasa peduli terhadap saudara lainnya adalah kemestian dalam setiap diri. Untuk itu perlu untuk terus ditumbuhkan dan direalisasikan dengan perilaku yang nyata.
Konser Amal untuk Palu dan Donggala
Gempa dan tsunami yang menerjang Palu dan Donggala beberapa waktu lalu telah melahirkan rasa solidaritas dan kepedulian di kalangan masyarakat. Salah satunya seperti dilakukan Pemkab Gunung Kidul yang menggelar konser amal penggalangan dana untuk para korban gempa dan tsunami.
Konser amal yang menghadirkan sejumlah artis seperti Evie Tamala, Didi Kempot dan lain sebagainya digelar di Alun-alun Wonosari, Gunung Kidul, Provinsi DI Yogyakarta.
Ribuan warga yang menghadiri konser amal tersebut sangat antusias melihat penampilan para artis yang diiringi orkestra Kidung Etnosia di bawah asuhan Surnaryanta.
Bupati Gunung Kidul, Badingah, mengatakan konser amal untuk bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala adalah bentuk kepedulian masyarakat Gunung Kidul.
Badingah mengajak masyarakat yang hadir untuk menyisihkan rezeki mereka untuk saling membantu sesama dan saudara sebangsa.
"Bencana di Lombok, Palu, Donggala, dan Situbondo yg terjadi di Indonesia merupakan luka kita. Kita ini keluarga atau satu tubuh, jika ada keluarga kita atau tubuh kita yang sakit maka kita ikut merasakan sakit juga," ujarnya.
Dia melanjutkan, hasil dari penggalangan dana tersebut selanjutnya akan disalurkan kepada para korban melalui MNC Peduli.
"Kita juga telah mengirim relawan ke Palu dan Donggala dan semua hasil sumbangan masyarakat akan kita salurkan melalui MNC Peduli," singkatnya.
Hasil penggalangan dana untuk korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala dari masyarakat Gunung Kidul mencapai lebih dari 150 juta rupiah. gma/R-1
Peranan Radio Komunikasi
Bencana alam yang terjadi pada musim pancaroba seperti belakangan ini banyak diliput dan disebarluaskan melalui media massa dan media online. Sehingga secara sigap semuanya telah terkondisi dan para korban berhasil dievakuasi berkat kecepatan dan kerjasama masyarakat dengan aparat setempat.
Tentu saja peristiwa bencana dan langkah-langkah penanganan yang berkaitan dengan kehidupan manusia tersebut menarik dicermati. Di satu sisi, nampak keseriusan pihak-pihak yang berkompeten antara lain Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD), Tim SAR, Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalop), PMI, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, ditambah komunitas relawan penanggulangan bencana terjun langsung ke lapangan menangani dan melakukan bantuan dalam rangka tujuan sosial kemanusiaan.
Sebaran informasi tentang bencana tentunya menarik untuk diamati. Hal yang paling tampak disini adalah betapa cukup berperannya sarana komunikasi radio dalam menyampaikan berita kebencanaan. Berawal dari informasi tentang jenis bencana, lokasi, kapan terjadinya bencana, akibat-akibat yang ditimbulkan, sampai sejauh mana bencana ditangani, semuanya telah memberikan petunjuk yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, termasuk penanganan/bantuan pasca bencana.
Menyangkut sebaran informasi bencana, selanjutnya turut membuktikan bahwa pengaruh komunikasi yang disampaikan lewat media telah membawa efek tertentu. Informasi kebencanaan dalam suasana darurat banjir dan tanah longsor di seputaran Yogyakarta, misalnya, ternyata berpengaruh secara behavioral.
Efek ini merupakan efek nyata yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola tindakan, kegiatan, kebiasaan dalam berperilaku.
Tergeraknya perilaku dalam kebersamaan untuk membantu para korban bencana yang dilakukan inilah kemudian menunjukkan bahwa solidaritas telah terbangun. Jika hal demikian berjalan secara terus menerus turut menandakan pula bahwa solidaritas sosial untuk membantu sesama semakin tumbuh dan berkembang.
Kesigapan, keseriusan aparat dan masyarakat terutama kalangan pemuda sebagai relawan penanggulangan bencana serta kehadian organisasi komunikasi radio antar penduduk yang secara berkelanjutan, atau setiap saat mengudara, menyampaikan perkembangan peristiwa bencana/pasca bencana telah menunujukkan kontribusi nyata yang telah dilakukan. gma/R-1