WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan bahwa dirinya tak akan membiarkan Central Intelligence Agency (CIA) merekrut saudara tiri dari pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, yang bernama Kim Jong-nam, saat ia memimpin pemerintahan AS.
Dalam keterangannya, Presiden Trump pun menyatakan tak akan mengkonfirmasi atau menyangkal laporan bahwa Kim Jong-nam telah bekerja untuk CIA sebelum dibunuh di Malaysia pada 2017 lalu, dan mengatakan bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang hal itu.
"Yang saya tahu bahwa hubungan seperti itu tak akan terjadi di bawah kepemimpinan saya, dan saya tak tahu hubungan itu tentang apa. Tidak ada yang tahu," kata Trump, Selasa (12/6).
Kim Jong-nam dibunuh saat berada Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, pada 13 Februari 2017, Wajahnya diperciki racun saraf VX oleh dua perempuan asal Vietnam dan Indonesia yang diperdaya agen-agen Korut.
Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan Wall Street Journal (WSJ) edisi Senin (10/6), disebutkan bahwa Kim Jong-nam telah menjadi informan bagi CIA dan ia telah bertemu dengan agen CIA beberapa kali sebelum dihabisi.
Klaim bahwa Kim Jong-nam adalah informan CIA dijelaskan dalam sebuah buku tentang Kim Jong-un yang ditulis oleh reporter Washington Post, Anna Fifield, yang terbit pada Selasa (11/6). Dalam buku Fifield berjudul "The Great Successor" merinci pertemuan antara Kim Jong-nam dan agen lapangan CIA di dua negara.
"Kim Jong-nam menjadi informan bagi CIA, sebuah agensi dengan rekam jejak yang berusaha menjatuhkan diktator yang tidak disukainya," tulis Fifield dalam bukunya.
Fifield pun menulis bahwa Kim Jong-nam menjalankan situs-situs perjudian dan ia seperti hidup di bawah bayang-bayang dunia perjuadian, gangster, dan mata-mata, sambil tetap menjaga beberapa kontaknya di Korut, saat tinggal di pembuangan yaitu di Makau. WSJ menulis bahwa Kim Jong-nam juga diduga melakukan kontak dengan agen intelijen asing seperti dari Tiongkok.
Menurut Fifield, Kim Jong-nam diduga dibunuh karena Kim Jong-un menilai kakak tirinya itu melakukan tindak pengkhianatan karena telah menjalin hubungan dengan agen mata-mata AS.
Surat Kim Jong-un
Pada saat bersamaan, Presiden Trump, menyatakan bahwa ia telah menerima surat lagi dari Kim Jong-un. Surat itu dilayangkan setelah negosiasi antara AS dan Korut terhenti setelah kegagalan dalam pembicaraan di KTT Hanoi antara Trump dan Kim Jong-un.
"Saya baru saja menerima surat yang indah dari Kim Jong-un dan saya pikir hubungan kami sangat baik dan saya amat mengapresiasi surat ini," kata Trump.
Dalam keterangannya, Trump mengatakan bahwa Kim Jong-un sejauh ini telah menepati janji mengenai uji coba nuklir dan misil balistik, meskipun tidak ada rencana akan digelar pembicaraan baru antara AS dan Korut saat ini.
Namun selang beberapa jam sebelumnya di sebuah acara di Washington DC, Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, mengatakan kepada WSJ bahwa Kim Jong-un tidak mematuhi persyaratan yang disepakati pada KTT Singapura.
"Apa yang mereka katakan adalah bahwa mereka tidak akan menguji misil balistik antarbenua, atau melakukan uji coba nuklir. Tetapi faktanya berlainan," pungkas Bolton. ang/AFP/CNN/I-1