Setelah tak mengikuti saran pakar medis, Presiden AS, Donald Trump, akhirnya mau mengenakan masker di hadapan publik. Sebelumnya Trump telah didesak untuk mengenakan masker agar jadi panutan di tengah lonjakan wabah Covid-19 yang terus meningkat.

BETHESDA - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terlihat di hadapan publik sedang mengenakan masker untuk pertama kalinya pada Sabtu (11/7). Langkah itu menandakan bahwa Trump akhirnya tunduk terhadap desakan agar mau jadi panutan di tengah makin meningkatnya serangan wabah virus korona di seluruh Amerika Serikat.

Trump mengenakan masker hitam dengan lambang segel kepresidenan saat ia berjalan di koridor rumah sakit militer Walter Reed yang ada di luar Washington DC untuk menemui veteran yang terluka.

Saat berhadapan dengan awak media, Trump sama sekali tak berhenti dan mengeluarkan tanggapan apapun terkait mengenai apa yang membuatnya berubah pikiran untuk menuruti saran pakar kesehatan untuk mengenakan masker itu.

Namun sebelum meninggalkan Gedung Putih, Trump sempat mengeluarkan pernyataan. "Saya selama ini tak menentang penggunaan masker, namun saya percaya ada waktu dan tempat khusus untuk mengenakannya," ucap Presiden AS itu.

Laporan media sepanjang pekan lalu menuliskan bahwa para ajudan Trump telah meminta bosnya agar mau mengenakan masker saat berhadapan di hadapan publik dan membiarkan awak media mengabadikan hal itu, apalagi kasus virus korona saat ini di beberapa negara bagian mengalami lonjakan.

Selama ini Trump membela upaya pemerintahannya dalam menangani pandemi walau saat ini AS merupakan negara paling parah di dunia yang terkena wabah virus korona.

Berdasarkan laporan dari Johns Hopkins University pada Minggu (12/7), AS telah kembali mencatatkan rekor kasus virus korona harian pada Sabtu lalu dengan 66.528 kasus baru selama periode waktu 24 jam.

Dengan tambahan jumlah kasus harian itu maka pada Minggu pai di AS tercatat telah ada total 3.242.073 kasus infeksi, sementara angka kematian mencapai sebanyak 134.729.

Kasus harian yang mencapai angka diatas 60 ribu telah berlangsung selama 5 hari berturut- turut.

Poros Politik

Mengenakan masker atau tidak saat ini telah jadi poros politik yang memecah dua kutub di AS. Kelompok konservatif yang mendukung Trump kerap enggan mengenakannya karena alasan alat itu telah membatasi kebebasan mereka. Berbeda dengan kubu progresif yang justru mendukung langkah mengenakan masker sebagai bentuk tanggung jawab kolektif saat terjadi krisis hidup dan mati seperti sekarang ini.

Sejauh ini Dinas Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) hanya merekomendasikan warga agar mengenakan masker di hadapan publik jika mereka tak bisa mentaati protokol kesehatan seperti menjaga jarak sosial.

Namun Trump pada setiap kampanye politik, taklimat pers dan saat berkunjung ke mana pun kerap tak mengenakan masker, bahkan saat staf Gedung Putih diketahui terkena Covid-19.

Pada Mei lalu, Trump bahkan sempat memperolok-olok rivalnya dalam pilpres AS 2020, Joe Biden, terkait mengenakan masker di hadapan publik lewat media sosial Twitter. Dalam cuitannya, Trump menyebut Biden sedang menutupi wajahnya yang berwarna hitam.

Sikap Trump itu dibalas tim kampanye Biden karena Trump tak pernah mengenakan masker sedari awal. "Trump tak mentaati saran pakar medis dan telah mempolitisasi pengenaan masker. Padahal mengenakan masker amat penting bagi mencegah penyebaran virus," kata juru bicara Biden yang bernama Andrew Bates kepada NBC News. "Alih-alih bertanggung jawab, ia telah menyia-yiakan pengorbanan warga AS selama 4 bulan dengan memecah belah dan secara aktif tak meminta warga agar melakukan langkah dasr bagi melindungi diri satu dengan yang lainnya," imbuh Bates.

Trump sempat mengatakan pada ajudannya bahwa masker akan membuatnya terlihat lemah dan ia tak ingin media mengabadikan dirinya tengah mengenakan masker. Saat meninggalkan Gedung Putih menuju RS Walter Reed, Trump secara tersirat mengatakan ia hanya mau mengenakan masker itu karena hendak mengunjungi rumah sakit dan tak akan mengenakan masker pada hari-hari biasa dalam aktivitasnya. AFP/I-1

Baca Juga: