Presiden Trump, mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan Kim Jong-un di Vietnam pada 27-18 Februari. Pertemuan itu fokus mencari jalan keluar dari kemandekan denuklirisasi.

WASHINGTON DC - Pertemuan tingkat tinggi (KTT) kedua antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut) akan dilaksanakan di Vietnam pada 27-28 Februari mendatang. Konfirmasi itu disampaikan oleh Presiden AS, Donald Trump, saat ia membacakan pidato kenegaraan di Washington DC pada Selasa (5/2).

"Saya akan berjumpa dengan pemimpin Korut pada 27 dan 28 Februari di Vietnam," ucap Trump.

Dalam pidato kenegaraan itupun, Presiden Trump memuji keberhasilannya dalam berdiplomasi dengan Korut terutama dalam membujuk pemimpin Kim Jong-un. "Sandera warga AS berhasil dipulangkan, uji coba nuklir dihentikan dan tak ada peluncuran misil dalam 15 bulan," kata Trump.

Dalam pidato kenegaraan itu pun, Trump sesumbar bahwa jika dirinya tak terpilih sebagai Presiden AS, meka menurutnya saat ini AS sedang berperang dengan Korut. "Masih ada banyak pekerjaan yang harus dituntaskan, dan yang pasti hubungan saya dengan Kim Jong-un amat baik," imbuh dia.

Trump dan Kim pada Juni lalu bertemu untuk pertama kalinya di Singapura untuk membahas rencana denuklirisasi di Semenanjung Korea. Pertemuan tingkat tinggi itu terjadi setelah pemimpin kedua negara itu saling ancam untuk meluncurkan misil nuklir ke AS dan Korut.

Sayangnya hasil kesepakatan dari pertemuan tingkat tinggi di Singapura itu amat rancu sehingga progres dari rencana denuklirisasi mengalami kemandekan. Oleh karena itu dalam pertemuan tingkat tinggi kedua di Vietnam, kedua pemimpin negara akan fokus mencari jalan keluar dari kemandekan kesepakatan denuklirisasi.

Sembunyikan Misil

Pada saat bersamaan, pakel pakar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa program nuklir maupun misil balistik Korut masih utuh dan Pyongyang telah menyembunyikan persenjataan itu di bandara-bandara maupun fasilitas lainnya dan persenjataan itu akan dipergunakan sebagai perisai saat terjadi serangan militer dari AS.

"Sanksi terhadap Korut tak efektif," lapor panel pakar PBB pada Selasa malam. "Pyongyang masih bisa mendapatkan pengiriman produk minyak secara ilegal, menjual batu bara dan persenjataan walaupun ada embargo," imbuh pakar.

Disebutkan pula dalam laporan bahwa panel pakar telah menemukan bahwa Korut telah menggunakan fasilitas sipil seperti bandara sebagai lokasi bagi merakit misil balistik.

Laporan rahasia dari panel pakar PBB itu akan dikirimkan ke Dewan Keamanan PBB karena sebentar lagi Presiden Trump akan melakukan pertemuan penting dengan Kim Jong-un di Vietnam, yang diharapkan bisa mewujudkan perlucutan program persenjataan nuklir Korut.

AS dan PBB telah menerapkan sanksi ekonomi terhadap Korut sejak 2017 sebagai respons atas uji coba nuklir dan peluncuran misil. Sanksi itu diterapkan dengan harapan bisa menekan aliran uang bagi pengembangan persenjataan nuklir Korut. AFP/I-1

Baca Juga: