JAKARTA - Kurang dari sebulan sebelum pemilihan umum federal di Amerika Serikat (AS), calon presiden (Capres) AS Donald Trump memperingatkan jika dia terpilih akan memberlakukan pajak 200 persen untuk semua mobil yang diimpor dari Meksiko.

Trump sebelumnya mengancam akan mengenakan tarif 100 persen untuk merek-merek Tiongkok - termasuk yang memproduksi kendaraan di Meksiko, lapor Drive, Selasa (8/10).

Namun, dalam sebuah rapat umum kampanye di Wisconsin minggu ini, Trump menggandakan angkanya, mengancam akan mengenakan tarif 200 persen untuk semua mobil yang dibuat di Meksiko.

Hal ini terjadi hanya beberapa minggu setelah Trump mengumumkan dia akan memberlakukan tarif 200 persen pada John Deere - raksasa traktor AS - jika perusahaan tersebut memindahkan basis produksinya ke Meksiko.

"Mereka sedang membangun pabrik mobil besar-besaran," kata Trump kepada para hadirin di Wisconsin.

"Kemudian mereka pikir mereka akan membangunnya dengan harga murah dan menjualnya ke negara kita dan menghancurkan Michigan dan semua negara bagian yang indah ini. Jadi itu tidak akan terjadi. Kami akan mengenakan tarif 200 persen jika memang harus. Kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kami tidak akan membiarkan mobil-mobil itu masuk ke Amerika Serikat dan menghancurkan industri mobil kami," tambahnya.

Sekitar 20 persen dari semua kendaraan baru yang dijual di AS setiap tahun diproduksi di Meksiko, dengan Ford, General Motors, dan Stellantis - perusahaan induk dari 15 merek mobil, termasuk Chrysler, Dodge, dan Ram - semuanya memiliki pabrik di negara tersebut.

Pada akhir pekan lalu, CEO Tesla Elon Musk menghadiri rapat umum kampanye di Pennsylvania, lokasi yang sama di mana Trump selamat dari percobaan pembunuhan pada bulan Juli, untuk secara terbuka mendukung Donald Trump.

"Seperti yang Anda lihat, saya bukan hanya MAGA. Saya adalah MAGA yang gelap," kata Musk kepada para hadirin, mengenakan topi bisbol hitam bertuliskan 'Make America Great Again'.

Pada Mei 2024, Musk menepis rumor bahwa ia sedang berdiskusi mengenai peran penasihat kebijakan jika Trump mengambil alih Gedung Putih.

Baca Juga: