Retorika antara Presiden AS dan pemimpin Korut semakin memanaskan situasi ketegangan di Semenajung Korea. Lewat media sosial, Donald Trump bahkan mengancam akan "menghabisi" Kim Jong-un.

SEOUL - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali melakukan retorika terhadap pemerintah Korea Utara menyusul sikap negara itu yang terus melakukan program nuklir dan misilnya. Trump memperingatkan pemimpin Korut, Kim Jong-un dan Menteri Luar Negeri Korut, Ri Yong-ho, tidak akan hidup lama.

"Baru saja mendengar Menteri Luar Negeri Korut berbicara di PBB bahwa dia menyuarakan pemikiran 'manusia roket' (Kim Jong-un), mereka tidak akan hidup lebih lama lagi," cuit Trump melalui Twitter, Sabtu (24/9) malam.

Pernyataan Trump lewat media sosial itu disampaikan setelah Menlu Ri mengatakan pada Sidang Umum PBB bahwa Presiden Trump sakit secara mental dan menargetkan wilayah daratan AS dengan roket tidak bisa dihindari setelah Trump menyebut pemimpin Korut "manusia roket dengan misi bunuh diri".

Trump dan Kim saling gertak dan menghina menyusul sikap Pyongyang yang terusmenerus mengembangkan kemampuan misil nuklirnya agar bisa menjangkau AS. Trump sebelumnya bersumpah, akan mencegah wilayah daratan AS terkena misil nuklir Korut.

Menurut sejumlah analis, perang retorika AS-Korut semakin meningkatkan risiko kesalahan perhitungan oleh salah satu pihak atau pihak lain, dimana hal ini dapat memancing reaksi besar-besaran.

Sementara itu televisi milik pemerintah Korut, KRT, mempublikasikan rekaman video pada Minggu (24/9) memperlihatkan sekitar 10.000 orang menghadiri sebuah aksi pawai anti-AS di Alun-alun Kim Ilsung di Ibu Kota Pyongyang. Sedangkan kantor berita KCNA mewartakan lebih dari 100.000 orang berkumpul melakukan aksi pawai pada Sabtu (23/9) dan menyampaikan dukungan terhadap pernyataan Kim pada awal pekan lalu.

"Kami sedang menunggu waktu yang tepat untuk melakukan sebuah pertempuran akhir dengan AS dan menghapuskan AS dari dunia. Segera setelah Komandan Tertinggi Kim Jongun memberikan sebuah perintah, kami akan membinasakan kelompok agresor," demikian pemberitaan KCNA mengutip pernyataan Ri Il-bae, juru bicara Pengawal Merah yang ikut dalam aksi pawai tersebut.

Dalam pernyataan tidak langsung pada Jumat (22/9), Kim menggambarkan Trump sebagai seorang orang tua yang secara mental sudah pikun, yang akan dia serang.

Pemerintah Korut, sambung Kim, akan mempertimbangkan mengambil langkah yang belum pernah tercatat dalam sejarah dengan melawan AS. Komentar Kim itu disampaikannya setelah Trump mengancam Korut dalam Sidang Umum PBB pada Kamis (21/9) bahwa AS akan membumihanguskan Korut. Pemerintah Korut terhitung sudah 6 kali melakukan uji coba senjata nuklir, dimana uji coba paling dahsyat dilakukan pada 3 September lalu, yang telah memicu dijatuhkannya sanksi-sanksi baru. Kemudian Pyongyang pada Jumat (22/9) mengatakan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan uji coba bom hidrogen di wilayah Samudera Pasifik.

"Hanya sebuah harapan kosong untuk mempertimbangkan Korut akan berubah sikap sedikitpun hanya karena sanksi yang lebih keras dari kekuatan musuh," ucap Menlu Ri.

Unjuk Kekuatan

Sementara itu beberapa jam sebelum Menlu Ri berpidato di Sidang Umum PBB, pesawat bomber AS B-1B milik Angkatan Udara AS yang dikawal oleh sejumlah jet tempur telah terbang di kawasan udara internasional di perairan melintasi pantai timur Korut.

Pentagon menyebut misi "unjuk kekuatan" sebagai demonstrasi sikap AS sekaligus pesan nyata bahwa AS memiliki banyak opsi militer untuk menghancurkan setiap ancaman saat Presiden Trump memutuskan untuk menggempur Korut. uci/CNN/VoA/Rtr/I-1

Baca Juga: