Romawi yang ekspansionis selalu mendapatkan ancaman balasan dari musuh-musuhnya. Karena perang menjadi semangatnya, maka ketika menang, bagian dari perayaannya adalah dengan mendirikan gapura kemenangan.

Romawi yang ekspansionis selalu mendapatkan ancaman balasan dari musuh-musuhnya. Karena perang menjadi semangatnya, maka ketika menang, bagian dari perayaannya adalah dengan mendirikan gapura kemenangan.

Dari bangunan Arc de Triomphe di Paris, Prancis, juga Soldiers and Sailors Arch di Kota New York, Amerika Serikat, ide bangunan pintu gerbang awal mulanya dari masa Romawi. Kadang-kadang gapura ini digunakan untuk menggantikan gerbang kota yang ada misalnya di Timgad (Aljazair modern) pada abad ke-2 M, di Antalya (Turki modern) dan di Verulamium di Inggris.

Dalam sejarahnya pada masa pemerintahan Romawi yang militeristik, gapura kemenangan (triumphal arches) merupakan bagian peringatan menaklukan musuh. Tidak heran sampai saat ini Kota Roma tidak kekurangan monumen untuk memperingati kemenangan militer.

Roma sendiri memiliki lebih dari 50 gapura kemenangan, tetapi sayangnya, sebagian besar tidak bertahan. Di antaranya adalah Gapura Augustus yang dibangun pada 19 SM untuk menghormati kemenangan kaisar atas Parthia.

Bahkan bangunan Colosseum didanai dari rampasan perang yang dijarah dari Yerusalem. Bangunan inimeneriakkan kesuksesan dan supremasi Romawi dengan skala struktur dan tontonan yang diselenggarakannya.

Sejak awal berdiri, Roma bersifat militeristik dan ekspansionis. Hal ini dilatarbelakangi ancaman eksistensial dari para tetangganya yang pernah pernah beberapa kali menyerang Roma. Beberapa bangunan termasuk gapura kemenangan menjadi saksi kuat bagi sifat suka berperang negara itu.

Apa yang dilambangkan oleh gapura kemenangan Romawi? Kemenangan para jenderal dalam perang membuat Senatus Populusque Romanus (SPQR) atau Senat Rakyat Roma memberikan penghargaan kepada mereka. Dari sisi religius, para jenderal yang menang dihiasi dengan kostum dewa. Mereka berparade keliling kota untuk dipuja orang banyak.

Rampasan perang akan diarak, koin akan dilemparkan kepada mereka yang telah berkumpul. Para jenderal diarak keliling kota dengan seorang budak di belakangnya sambil membisikkan pengingat di telinganya bahwa dia hanya manusia biasa, akan naik ke atas Capitoline Hill untuk membuat peresmian di Kuil Jupiter Optimus Maximus.

Gapura kemenangan paling awal yang diketahui didirikan di Bukit Capitoline dan di Forum Romawi. Bangunan ini berfungsi sebagai semacam papan pesan monumental, menampilkan pencapaian militeristik orang Romawi yang bergengsi di masa lalu.

Salah satu beberapa gapura yang masih ada adalah gapura Konstantin. Berdiri tepat di luar Colosseum pada rute kuno ke Forum Romawi, Arch of Constantine adalah gapura kemenangan terbesar dan paling mencolok yang bertahan di kota.

Berbagi desain yang mirip dengan Arch of Septimius Severus, itu berdiri di Via Sacra (Jalan Suci). Tempat ini merupakan rute prosesi yang diambil oleh para jenderal pemenang selama parade mereka di sekitar kota.

Melewati Circus Maximus dan Gapura Constantine, mereka kemudian akan menuju ke Forum Romawi. Dilanjutkan mendaki Bukit Capitoline untuk memberi persembahan di Kuil Jupiter, sebelum bubar untuk perjamuan hari itu, permainan, dan acara perayaan lainnya.

Senat mendedikasikan Gapura Konstantin atau Arco di Costantino pada 315 M. Bagunan ini didirikan untuk memperingati kemenangan Konstantinus atas saingannya Maxentius pada Pertempuran Jembatan Milvian tiga tahun sebelumnya. Menariknya, gapura itu tidak menyebutkan Maxentius, meskipun mungkin awalnya didedikasikan untuknya.

"Kutukan Ingatan"

Ada dua alasan untuk ini, pertama orang Romawi tidak menyukai mengabadikan kemenangan atas sesama orang Romawi. Kedua, Konstantinus melakukan apa yang disebutdamnatio memoriaeatau kutukan ingatan pada Maxentius dalam upaya untuk melenyapkan jejak keberadaannya.

Fakta bahwa masih dibahas sampai hari ini menunjukkan bahwa dia gagal dalam usaha ini.

Tidak ada adegan dari Pertempuran Jembatan Milvian yang muncul di gapura. Tetapi jika mengunjungi Ruang Raphael di Vatikan, akan dapat melihat lukisan dinding yang jauh lebih baru, yang dibuat oleh murid-murid Raphael, yang menggambarkan momen penting dalam sejarah Romawi ini.

Signifikansinya tidak dapat dilebih-lebihkan karena seandainya Konstantinus tidak mengalahkan Maxentius di Jembatan Milvian maka Kekristenan mungkin tidak akan pernah mengakar menjadi agama dominan Kekaisaran Romawi serta konsekuensinya lebih lanjut bagidunia hingga saat ini.

Meskipun disebut Gapura Konstantinus, monumen ini lebih tepat disebut sebagai bahan daur ulang kolase kekaisaran dari monumen beberapa kaisar sebelumnya. Mereka adalah Trajan Hadrian yang membangun Pantheon, dan Marcus Aurelius yang patung kudanya berdiri di pusat Museum Capitoline.

Dilucuti dari warna dan patung yang pernah menghiasinya, Gapura Constantine adalah cangkang dari dirinya yang dulu. Setelah ditopang oleh kolom Corinthian kuning dari marmer Numidian dan porfiri merah, hijau, dan ungu yang menghiasi jalur dan patung di atasnya, di masa kejayaannya, Gapura Constantine akan sama menariknya dengan Colosseum itu sendiri.

Selama Abad Pertengahan, Gapura Constantine seperti banyak monumen Romawi lainnya termasuk Colosseum, dimasukkan ke dalam benteng salah satu keluarga aristokrat terkemuka Roma. Keluarga yang dimaksud adalah Frangipani, yang pada abad ke-12 juga membentengi Colosseum.

Namun, pada abad ke-15, mereka telah menyerahkan kendali atas gapura tersebut. Baru pada awal tahun 2000-an monumen tersebut mengalami pekerjaan restorasi yang diperlukan.hay/I-1

Baca Juga: