JAKARTA - Pemerintah optimistis surplus neraca perdagangan nasional tahun ini kembali meningkat menjadi 60 miliar dollar AS pada 2022. Selama Januari hingga September 2022 neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus sebesar 39,87 miliar dollar AS.
"Angka itu lebih besar dari surplus neraca perdagangan selama ledakan harga komoditas terakhir pada 2010 dan 2011 yang sekitar 22 miliar dollar AS dan 26 miliar dollar AS," ujar Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam acara Indonesia's Economic Priorities yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa (26/10).
Menurut Airlangga, kinerja sektor eksternal yang kuat tersebut pun berhasil menopang konsumsi dan investasi secara konsisten. Dengan demikian pemerintah memproyeksikan ekonomi akan tumbuh sekitar 5,2 persen secara tahunan pada akhir tahun ini.
Hingga triwulan II-2022 ekonomi Indonesia berjalan dengan sangat baik dan berhasil berbalik arah dari pandemi Covid-19 sehingga mampu tumbuh 5,44 persen secara tahunan.
Selain itu, dia menuturkan berbagai lembaga internasional pun memiliki perkiraan yang kurang lebih sama sama, salah satunya Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang tetap optimistis Indonesia akan tumbuh 5,3 persen tahun ini, meski ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen.
"Kemudian, untuk 2023 IMF memproyeksikan Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5 persen dibandingkan dengan global yang hanya mampu tumbuh 2,7 persen," ucap Airlangga Hartarto.
Risiko Global
Kendati demikian, dia mengingatkan saat ini dunia sedang dihantui oleh pembentukan awan gelap yang sedang mengumpulkan kecepatan untuk kemungkinan terjadinya badai yang sempurna alias perfect storms. Awan tersebut berasal dari lima faktor yakni Covid-19, konflik di Ukraina, harga komoditas, biaya hidup, dan perubahan iklim.
Meski begitu, dia meyakini seluruh dunia, termasuk Indonesia, bisa menghadapi badai tersebut dengan keyakinan yang lebih kuat pada strategi kebijakan tentang prioritas untuk mengatasi tantangan ke depan.