Desakan evaluasi terhadap proses seleksi mahasiswa baru direspons Kemendikbudristek dengan terobosan Merdeka Belajar episode 22 yakni transformasi seleksi masuk perguruan tinggi negeri.

Beberapa waktu lalu, masyarakat dikagetkan dengan adanya Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Rektor Universitas Lampung (Unila) atas adanya suap dalam proses seleksi masuk mahasiswa baru melalui jalur Seleksi Mandiri. Hal ini tentu mencederai dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi negeri (PTN).

Pascakejadian tersebut, banyak dorongan adanya evaluasi menyeluruh terhadap proses seleksi masuk mahasiswa, khususnya Seleksi Mandiri.

Adapun dalam konteks kebijakan, jalur seleksi yang lain yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) perlu juga perubahan.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), segera merespons isu tersebut. Kemendikbudristek meluncurkan Merdeka Belajar episode ke-22 yaitu Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut, wartawan Koran Jakarta, Muhamad Ma'rup, mewawancarai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, dalam beberapa kesempatan. Berikut petikan wawancaranya.

Bisa Bapak jelaskan dasar perubahan dalam proses seleksi masuk PTN?

Merdeka belajar episode ke-22 ini adalah terobosan yang menurut saya akan bisa menyelaraskan antara proses pembelajaran pendidikan menengah dan kualitas input pendidikan tinggi. Saya rasa ini kabar gembira bagi adik-adik yang ingin masuk universitas dari berbagai aspek.

Kami semua tahu bahwa untuk bisa melompat ke masa depan dan bukan hanya mengejar ketertinggalan. Kita perlu pendidikan yang adil, inklusif, dan holistik. Dan episode Merdeka Belajar ke-22 ini tujuannya adalah untuk membangun jembatan memastikan bahwa pendidikan kita sebelum perguruan tinggi dan input kita masuk ke dalam perguruan tinggi itu menyambung dan terintegrasi.

Saat ini sudah ada berbagai macam transformasi, tetapi pada saat ini kita mengerjakan berbagai macam transformasi baik di pendidikan dasar dan menengah dan juga di pendidikan tinggi, belum ada jembatannya.

Kita butuh kebijakan-kebijakan yang akan menjembatani kebijakan-kebijakan Merdeka Belajar di pendidikan dasar, menengah, dan di perguruan tinggi. Jembatan di adalah kebijakan seleksi masuk perguruan tinggi negeri untuk memastikan bahwa transformasi baik di pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi itu terjadi terintegrasi ya dan ada sinergi antara semua perubahan yang kita lakukan.

Seperti apa proses perubahannya?

Kita ingin transformasi seleksi masuk PTN ini semakin menyempurnakan mekanisme-mekanisme yang sebelumnya sudah ada. Ada beberapa prinsip dasar perubahan yang ingin kita dorong. Kami ingin bahwa pembelajaran yang terjadi di sekolah itu adalah pembelajaran yang menyeluruh dan mendalam.

Kita ingin juga prinsip perubahan dan ini harus sudah sangat jelas dengan arah kita dengan Asesmen Nasional kita lebih fokus bukan kepada pemadatan materi, tetapi kita fokus kepada kemampuan penalaran. Itulah yang terpenting. Bukan berapa jumlah hafalan yang dikuasai oleh siswa-siswa kita, tapi kemampuan bernalar.

Kita juga ingin bahwa perubahan ini lebih inklusif bahwa mengeliminasi atau meminimalisir diskriminasi antara yang punya tingkat sosial-ekonomi lebih tinggi dan yang mungkin masih punya kebutuhan dari sisi ekonomi. Harus lebih inklusif dan tidak diskriminatif.

Kita juga ingin proses ini lebih transparan. Terakhir, lebih terintegrasi dengan berbagai macam program dan cita-cita daripada mahasiswa kita.

Kita punya tiga jalur seleksi untuk perguruan tinggi yang pertama adalah seleksi nasional berdasarkan prestasi yang disebut SNMPTN, kedua kita punya seleksi nasional berdasarkan tes yang disebut SBMPTN, dan ketiga adalah seleksi secara mandiri oleh masing-masing PTN. Jadi, semua perguruan tinggi negeri kita ada tiga jalur.

Bisa dijelaskan apa saja yang dibenahi dan disempurnakan dalam proses SNMPTN?

Seleksi nasional berdasarkan prestasi atau yang dikenal sebagai SNMPTN, sebelumnya jalur seleksi prestasi ini memisahkan calon mahasiswa berdasarkan jurusan di pendidikan menengah. Dulu itu pilihan program studinya dibatasi berdasarkan jurusan mereka di pendidikan menengah apakah IPA atau IPS. Track itu yang akan menentukan pilihan program studinya pada saat di universitas.

Dulu itu hanya mata pelajaran tertentu yang dipertimbangkan atau angka dalam pelajaran tersebut yang dipertimbangkan dalam seleksi. Nah ini menimbulkan beberapa masalah.

Masalah pertama adalah bagi peserta didik yang mungkin di umur yang sangat muda itu menentukan dia mengikuti track yang apa, itu tidak punya kesempatan untuk mengeksplorasi. Dia harus menentukan seperti apa grouping prodi yang dia inginkan sangat-sangat awal dalam umurnya dia yang mungkin dia mengalami perubahan. Dia tidak bisa mengeksplor. Mungkin ada orang yang mengambil track IPS, tetapi menginginkan mata pelajaran IPA dan sebaliknya. Ini membatasi fleksibilitas daripada murid-murid kami.

Kedua adalah dampaknya adalah hanya mata pelajaran tertentu yang dianggap penting dalam jalur ini. Jadi, banyak sekali murid-murid kita dan juga guru-guru kita malah tidak berfokus kepada mata pelajaran secara holistik, hanya kepada beberapa mata pelajaran yang berhubungan dengan prodi itu. Nah, ini menimbulkan sistem pembelajaran yang sangat terpecah-pecah dan tidak holistik.

Padahal seperti diketahui di masa depan peserta didik ini sangat membutuhkan kompetensi yang holistik dan multidisipliner. Tidak ada pekerjaan di masa depan setelah anak-anak keluar dari sistem pendidikan kita yang akan membutuhkan satu ilmu saja. Insinyur perlu ilmu dasar teknik, tapi juga perlu ilmu desain untuk mengerti bagaimana cara mendesain. Pengacara perlu ilmu hukum yang sangat kuat, tapi kemampuan komunikasi sangat penting dalam bidang ini. Sama di bidang film misalnya dibilang seni atau film gimana ilmu dasar perfilman itu sangat penting, tapi tanpa mengerti pemasaran dia tidak akan bisa juga sukses dalam memasarkan produknya dan talentanya dia.

Nah, proses seleksi PTN ini harus mendorong pembelajaran yang menyeluruh dan multidisiplin. Ini kenapa kita melakukan perubahan.

Teknisnya seperti apa?

Perubahan terbesar yang akan kita lakukan pada seleksi nasional prestasi adalah kita menambahkan suatu kriteria minimal 50 persen daripada kriteria nilai rata-rata rapor secara keseluruhan daripada murid tersebut. Sisanya adalah komponen menggali minat dan bakat.

Nah, perubahan terbesar di sini adalah kita memastikan bahwa minimal 50 persen daripada bobot penilaian dalam jalur seleksi nasional berdasarkan prestasi ini ada. Selain itu, minimal 50 persen nilai rata-rata raport secara keseluruhan.

Dengan ini kita akan memastikan bahwa setiap murid masih mementingkan pembelajaran dia di tingkat jenjang sekolah menengah dan tidak mengabaikan atau menelantarkan mata pelajaran-mata pelajaran lainnya. Meski begitu, PTN tetap bisa menentukan komposisi persentase antara komponen satu dan komponen dua ya. Jadinya asal minimal 50 persen itu nilai rata-rata, sisanya adalah terserah bisa nilai rata-rata ditinggikan oleh PTN bisa juga seluruh 50 persen yang lagi pilihan dari PTN dan produk tersebut untuk menentukan apa komposisinya.

Penentuan ini bisa saja berbeda antara prodi di dalam PTN yang sama. Jadi, kalau di dalam PTN yang sama prodinya berbeda, mereka masing-masing prodi boleh menentukan komponen beratnya. Apakah dia mau 50 persen full kepada dua mata pelajaran pendukung atau mungkin dibagi 25 persen mata pelajaran pendukung atau 25 persen prestasi dalam suatu lomba. Kriteria kompetisi itu dipersilakan kepada PTN.

Perubahan yang terbesar adalah kami memasang 50 persen daripada bobot itu adalah nilai rata-rata secara keseluruhan seluruh mata pelajaran sehingga semua mata pelajaran masih ada bobotnya dan nilainya.

Apa dampak dari perubahan ini?

Peserta didik akan terdorong untuk berprestasi di seluruh mata pelajaran dan guru-gurunya pasti akan juga bisa melihat bahwa ada motivasi bagi peserta didik untuk mendapatkan angka yang cukup baik di seluruh rapor murid tersebut. Peserta didik juga dapat mengeksplorasi minat dan bakatnya secara mendalam.

Walaupun ada 50 persen bobot itu adalah nilai seluruh mata pembelajaran, masih sampai dengan 50 persen sisanya itu bisa berdasarkan fokus atau spesialitas daripada murid tersebut di yang berhubungan dengan Prodi yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Jadinya di sini ada keseimbangan antara masih harus mendapatkan angka rapor secara keseluruhan, tetapi yang harus lebih penting lagi adalah dan yang bobotnya sama besarnya dengan nilai rapor seluruh, adalah area fokus calon mahasiswa atau spesialitas minat dan bakat.

Untuk bisa sukses di jalur ini peserta didik ini harus menyadari bahwa semua mata pelajaran itu masih penting. Jadi, mereka fokus untuk belajar secara menyeluruh.

Saya rasa banyak guru-guru akan sangat senang dengan hal ini. Banyak sekali guru-guru di tingkat SMA yang mungkin sudah melihat anaknya sudah demotivasi di beberapa mata pelajaran tertentu dan fokus kepada hanya area-area yang berhubungan dengan prodinya.

Perubahan ini memberikan para siswa untuk menggali minat dan bakat secara tekun tingkatkan prestasi mereka, memberikan insentif untuk meningkatkan prestasi, dan mengeksplorasi pilihan Prodi yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Ini meningkatkan transparansi. Kalau anak itu ingin mengetahui apa sih komponen penilaian untuk masing-masing prodi di masing-masing perguruan tinggi, ini bisa secara transparan tersebut bisa dicari. Anak itu bisa melakukan perencanaan yang lebih matang dan tentunya dukungan orangtua dan guru agar peserta didik dapat berprestasi dan memilih Prodi sesuai minat bakat. Itu sangat penting untuk mensukseskan jalur seleksi prestasi.

Untuk penyempurnaan SBMPTN ini perubahannya seperti apa?

SBMPTN itu menguji kan banyak materi. Banyak sekali mata pelajaran atau jumlah informasi yang harus dihafal untuk menguasai tes-tes mata pelajaran itu begitu besar. Kita melihat juga pola-pola di sekolah-sekolah menengah kita bahwa banyak sekali guru terpaksa, terdorong, tertekan untuk mengejar menu penuntasan materi. Orang Tuanya juga menekan guru-gurunya untuk fokus kepada pertanyaan soal-soal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).

Guru akhirnya menghabiskan waktu belajar untuk melatih mengerjakan soal-soal. Dampaknya kualitas pembelajaran yang mendalam itu turun di dalam sekolah-sekolah kita. Salah satu dampak terbesar juga adalah banyaknya peserta didik yang tertekan, orang tua yang tertekan untuk harus mengikuti berbagai macam bimbingan belajar per mata pelajaran yang harus diambil di tes SBMPTN.

Tekanan ini menjadi beban finansial dan beban mental bagi murid. Ini juga sangat diskriminatif terhadap peserta didik dari keluarga yang kurang mampu yang tidak mampu untuk mengikuti berbagai macam bimbingan belajar yang mahal itu.

Seleksi masuk PTN ini harusnya tidak menurunkan kualitas pembelajaran pendidikan menengah dan harus lebih inklusif dan adil. Tidak diskriminatif pada peserta didik dari keluarga yang kurang mampu dan tidak mampu untuk membimbelkan anaknya.

Berarti tidak ada tes mata pelajaran?

Seleksi nasional berdasarkan tes sekarang tidak ada lagi tes mata pelajaran. Tidak ada lagi tes yang spesifik ke setiap mata pelajaran. Ini akan diganti dan disederhanakan.

Hanya ada satu tes skolastik yang mengukur kemampuan nalar siswa, kemampuan potensi kognitif, logika, penalaran, matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris. Jadi, kami harap ini akan menjadi kabar yang sangat gembira bagi para calon-calon mengambil seleksi nasional berdasarkan tes.

Tidak ada lagi tes mata pelajaran dan hanya ada satu tes yang tidak berhubungan dengan penghafalan materi. Hanya berhubungan dengan kemampuan, bernalar ya problem solving potensi kognitif melalui tes skolastik ini. Literasi yang kita maksud dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris bukan teknik gramatika, tetapi kemampuan mengerti logika dari pada teks tersebut benar-benar literasi yang secara mendalam.

Apakah perubahan ini mempersulit mahasiswa?

Beberapa contoh tes kognitif, tentunya peserta didik tidak akan kaget dengan jenis-jenis pertanyaan seperti ini karena banyak dari mereka yang sudah melalui Asesmen Nasional. Banyak sekali kesamaan antara AN dan juga tes-tes yang akan masuk di SBMPTN yang telah direvisi.

Pertanyaannya adalah mengenai mengerti logika ya dan bisa menganalisa suatu problem yang kontekstual. Salah satu tes penalaran matematika gimana dipresentasikan data dipresentasikan suatu konteks dalam situasi yang riil dan anak-anak didorong untuk melakukan analisa yang mendalam mengenai situasi ini. Bisa kita mengetes bagaimana anak bisa menggunakan informasi yang ada untuk memecahkan suatu permasalahan dan menjawab pertanyaan tersebut.

Tes literasi ini bukan tes teknik mengenai membaca atau teknik untuk bisa menggunakan bahasa, tetapi benar-benar mengerti esensi daripada suatu bacaan ya dan bisa melakukan Analisa terhadap Apa yang dimaksud di dalam argumen di dalam bacaan tersebut. Sama juga di dalam bahasa Inggris kita melakukan literasi mendalam bukan mengetes bahasa secara cetek, tetapi mengetes logika dan pengertian analisa daripada suatu bahan bacaan.

Apa dampak dari perubahan ini?

Skema seleksi ini akan jauh lebih adil dan memberikan kesempatan sukses kepada semua yang mengambil jalur seleksi nasional berdasarkan tes. Jadi peserta didik itu tidak lagi tergantung kepada lembaga bimbel-bimbel untuk persiapan tes. Banyak sekali anak-anak yang termotivasi berambisi, tapi keluarga tidak mampu untuk mengirim dia ke bimbingan belajar.

Ini akan menjadi kabar yang sangat gembira dan tidak perlu khawatir lagi harus menghafal begitu banyak konten untuk mengikuti tes seleksi. Ini orang tua pun tidak terbebani dengan tanggungan finansial tambahan untuk bimbingan belajar. Bagi guru-guru bisa lebih fokus kepada pembelajaran yang bermakna yang berorientasi kepada penalaran yang mendalam bukan hafalan. Mereka bisa percaya diri lagi bahwa pembelajaran sesuai kurikulum itu sudah cukup untuk bisa menyiapkan peserta menghadapi seleksi tetapi harus mendalam fokus kepada penalaran.

Kerja sama antara peserta didik dan guru dan guru melalui pengasahan logika dan daya nalar murid ini yang akan menetapkan kesuksesan peserta didik bukan menghafalkan soal-soal tes.

Penyempurnaan untuk jalur mandiri seperti apa?

Seleksi Mandiri kita akan mendorong perubahan. Saat ini, ada beberapa permasalahan dengan seleksi jalur mandiri. Menurut kami, tingginya keragaman jenis mekanisme antara PTN kita itu besar sekali. Semuanya berbeda-beda dan akibatnya adalah tidak ada standardisasi yang mengatur transparansi dan akuntabilitas proses.

PTN itu adalah instansi pemerintah yang harus memberikan pelayanan secara adil kepada masyarakat. Jadi, kami merasa seleksi jalur mandiri ini perlu memiliki standar transparansi yang sama antara PTN.

Apa saja standar dalam perubahannya?

Pemerintah akan mengatur agar Seleksi Mandiri ini dilaksanakan dengan lebih transparan. Pertama kita akan mewajibkan PTN untuk mengumumkan empat hal sebelum pelaksanaan Seleksi Mandiri. Satu adalah jumlah mahasiswa akan diterima masing-masing program studi dan fakultas.

Kedua adalah metode penilaian calon mahasiswanya juga harus diumumkan secara transparan, secara mandiri, atau kerja sama tes melalui konsorsium memanfaatkan nilai dari hasil seleksi nasional dan lain-lain. Ketiga, harus diumumkan sebelum Seleksi Mandiri besaran biaya atau metode penentuan besaran biaya yang dibebankan bagi calon mahasiswa.

Keempat adalah calon mahasiswa atau masyarakat bisa diberikan akses untuk melaporkan melalui kanal pelaporan whistleblowing system Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek, kalau ada bukti permulaan atas pelanggaran pengaturan dalam proses seleksi. Jadi kalau ada apapun masih ada kanal untuk melakukan pelaporan masih ada kanal dimana masyarakat bisa berpartisipasi untuk memonitor transparansi.

Ini yang akan menguatkan filsafat penting kita dan akan kita sebut secara eksplisit dalam regulasi bahwa Seleksi Mandiri PTN harus berdasarkan seleksi akademis. Dilarang dikaitkan dengan tujuan komersial. Itu adalah garis besarnya adalah disitu.

Baca Juga: