Atas dasar kemanusiaan, Liga 1 2022-2023 harus dihentikan. Ini menjadi tragedi besar sekaligus hari gelap bagi sepak bola Indonesia.
JAKARTA - Kompetisi sepakbola Indonesia Liga 1 musim 2022-2023 harus dihentikan menyusul kerusuhan yang terjadi usai laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10).
Pernyataan tersebut disampaikan Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali. "Tragedi sepak bola Indonesia. Atas dasar kemanusiaan, kompetisi sebaiknya distop sampai ada pengamanan terbaik," tulis Akmal dalam akun twitter-nya @akmalmarhali, Minggu (2/10). "Sepak bola Indonesia harus dihentikan, Terlalu banyak korban jiwa yang ditumbalkan," sambungnya.
Menurut Akmal, penyelenggara Liga 1 harus memikirkan agar aturan penggunaan gas air mata dipertegas. Hal itu berdasarkan analisanya, tembakan gas air mata justru memperkeruh keadaan hingga menimbulkan korban jiwa. Mengenai jumlah korban jiwa, SOS mendapat laporan ada tambahan 10 orang menjadi 137 orang.
"Menangani suporter sepak bola itu beda dengan aksi demonstrasi, maka polisi tak boleh menggunakan gas air mata," ucapnya. "Sebab, kalau aksi demo bisa gunakan gas air mata, karena massa bisa lari. Tapi, menghadapi massa di dalam stadion, mereka tak bisa lari jika ada tembakan gas air mata. FIFA sudah mengatur, polisi tak boleh bawa gas air mata ke dalam stadion sepak bola," tandasnya.
PSSI telah menjatuhkan sanksi melarang Arema FC menjadi tuan rumah sampai Liga 1 Indonesia musim 2022-2023 selesai."Tim Arema FC dilarang menjadi tuan rumah selama sisa kompetisi musim ini," ujar Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan dalam laman PSSI, Minggu (2/10).
Iriawan mengatakan, PSSI menyesalkan peristiwa yang disebut-sebut menimbulkan korban jiwa tersebut. PSSI sudah membentuk tim investigasi yang segera berangkat ke Malang untuk menemukan gambaran utuh mengenai kejadian di Kanjuruhan.
PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operatormenghentikan Liga 1 musim ini selama satu pekan setelah kerusuhan tersebut. "Keputusan tersebut kami umumkan setelah kami mendapatkan arahan dari Ketua Umum PSSI (Mochamad Iriawan). Ini dilakukan untuk menghormati semua pihak, sambil menunggu proses investigasi dari PSSI," ujar Direktur Utama LIB Akhmad Hadian Lukita.
PSSI juga akan segera melakukan investigasi. "Kami masih menunggu laporan resmi dari pengawas pertandingan dan tentu laporan dari Kepolisian. Namun, dari tayangan video di media sosial yang sudah tersebar di mana-mana terlihat ada kerusuhan setelah wasit meniup peluit panjang. Sekali lagi kami masih menunggu laporan apakah ada korban atau tidak," ujar Sekjen PSSI, Yunus Nusi.
Yunus memastikan panitia pertandingan akan mendapat sanksi keras jika kerusuhan itu terbukti di dalam lapangan. Selain sanksi denda juga tidak bisa menjadi tuan rumah dalam beberapa laga.
"PSSI sangat mengecam kerusuhan ini. Namun, sekali lagi kami belum bisa menyimpulkan apa-apa. Tetapi, sanksi keras akan menimpa Arema jika semuanya terbukti. Tim investigasi PSSI akan segera bertolak ke Malang," sambung Yunus.
Ancaman Sanksi
PSSI terus menjalin komunikasi dengan FIFA demi menghindari sanksi. "Kami berharap kejadian ini tidak menjadi rujukan atau landasan FIFA untuk mengambil keputusan-keputusan yang tidak baik dan tidak menguntungkan Indonesia dan khususnya, PSSI," ujar Yunus di Jakarta, Minggu.
PSSI telah mengirimkan laporan pertama tentang keributan di Kanjuruhan kepada FIFA pada Sabtu (1/10) malam atau beberapa saat setelah peristiwa terjadi.
"Peristiwa ini adalah hari yang gelap bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan tragedi di luar pemahaman," ujar Presiden FIFA Gianni Infantino dikutip AFP, Minggu. "Dunia sepak bola shock menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia pada akhir pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan. Semua pikiran dan doa kami bersama para korban, mereka yang terluka, bersama dengan rakyat Indonesia," sambungnya. ben/AFP/S-2