Kebiasaan perayaan Natal bukan hanya seperti di layar tv tentang Sinterklas, menghias pohon Natal, memberikan kado, atau menyantap kue.

Sejumlah negara di Eropa memiliki tradisi dan kebiasaan perayaan Natal yang unik dan berbeda dari biasanya.

Tradisi ini merupakan aktifitas yang dilakukan sebelum pandemi di beberapa negara. Berikut tradisi yang hadir dalam perayaan kemeriahan natal sebelum pandemi.

Memberikan kado jelek di Jerman

Di Jerman ada tradisi perayaan Natal yang tergolong baru. Tradisi ini dikenal dengan nama Schrottwichteln dan populer di kalangan generasi muda atau di tempat kerja.

Schrottwichteln secara harafiah berarti "Santa Rahasia sampah". Tradisi ini mudah saja. Sesuai dengan namanya, mereka yang berpartisipasi akan beraksi seperti Sinterklas, membagi-bagikan hadiah secara rahasia.

Namun bukan hadiah yang bagus yang akan diberikan, melainkan hadiah yang jelek, bekas, aneh, dan tidak berguna. Barang tersebut kemudian dibungkus dengan rapi dan cantik.

Banyak orang yang menggunakan tradisi ini sebagai momen untuk membuang barang-barang tua dari rumah mereka. Idenya adalah untuk memberikan hadiah sejelek mungkin, mulai dari lampu yang rusak sampai kalender tahun tersebut yang tanggalnya sudah hampir habis.

Setiap Sinterklas di Prancis harus membalas surat anak-anak

Pernahkah kamu mengirimkan surat ke Sinterklas dan bertanya-tanya apakah suratmu sampai? Kalau kamu tinggal di Prancis, kamu akan tahu jawabannya.

Prancis memiliki sebuah peraturan bahwa setiap surat yang ditujukan kepada Sinterklas harus dibalas. Peraturan ini sudah ada sejak 1962. Anak-anak biasanya menuliskan surat kepada Sinterklas sebelum Natal dan akan mengirimkannya lewat kotak-kotak surat yang sudah ditentukan. Ada tim khusus yang bekerja untuk membalas jutaan surat tersebut.

Pada malam Natal, anak-anak akan meletakkan wortel dan permen di dalam sepatu mereka untuk makanan hewan milik Sinterklas. Sebagai gantinya, mereka akan mendapatkan hadiah dan kartu pos balasan surat mereka.

Ada setan Natal di Austria

Natal tidak selalu berhubungan dengan yang indah-indah. Setidaknya itulah yang dialami anak-anak di Austria. Mereka yang hidup dekat dengan Pegunungan Alpen ini harus dihantui rasa ngeri akan datangnya Krampus, sebuah figur setan yang jahat.

Jika Sinterklas memberikan kado Natal untuk anak baik, maka anak yang nakal akan dimasukkan ke dalam karung dan diculik.

Jika kebanyakan anak-anak di dunia tidak bisa tidur karena menanti-nanti datangnya rusa terbang, peri rumah, dan Sinterklas, anak-anak Austria harus menghadapi mimpi buruk bertemu Krampus.

Lebih parahnya lagi, Krampus bukan hanya diceritakan tapi juga diperankan. Ada banyak orang dewasa di Austria yang memakai kostum Krampus pada malam hari dan berlari-larian di tengah kota mengejar anak-anak.

Italia tidak punya Sinterklas tapi penyihir

Anak-anak di Italia tidak mendapat kunjungan dari Sinterklas, melainkan dari seorang penyihir bernama La Befana. Menurut legenda, La Befana yakin bahwa Yesus seharusnya adalah putranya.

Sayangnya ketika tiga orang majus datang, ia lupa untuk membuka pintu rumahnya. Ia kemudian mengikuti bintang jatuh untuk menemukan Yesus.

Pada hari Natal, ia akan berkeliling untuk membagikan permen dan mainan untuk anak-anak baik. Sementara bagi mereka yang nakal, La Befana akan memberikan batu bara. Selain membagikan hadiah, La Befana juga akan menyapu setiap rumah yang ia kunjungi.

Baca Juga: