Rangkaian monolog merupakan inisiatif kecil yang dapat memberi makna baru bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Ini semangat yang sangat dibutuhkan sekarang ketika Indonesia tengah berjuang melawan pandemi.

JAKARTA - Tokoh-tokoh sejarah perlu dinarasikan lebih kreatif agar kisah mereka dapat dinikmati semua kelompok usia. Demikian disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, dalam Taklimat Media Seri Monolog "Di Tepi Sejarah," Senin (20/9).

"Menarasikan kisah sejarah dengan cara kreatif, sehingga sangat menarik diikuti oleh semua umur, khususnya adik-adik," ujarnya. Dia mengatakan, seri monolog "Di Tepi Sejarah" jadi salah satu contohnya. Nadiem menilai, seri monolog "Di Tepi Sejarah" perlu menjadi tontonan wajib masyarakat. Di dalamnya terdapat tokoh-tokoh sejarah yang jarang dibahas dalam buku-buku pelajaran. "Monolog 'di Tepi Sejarah' perlu menjadi tontonan wajib kita semua," jelasnya.

Sebagai informasi, seri monolog "Di Tepi Sejarah" akan ditayangkan melalui Kanal Indonesiana TV yang dapat diakses lewat televisi jaringan Indihome saluran 200 (SD) dan 916 (HD) atau laman https://www.useetv.com/livetv/indonesiana. Ada 4 judul monolog dalam seri tersebut yaitu: Nusa yang Hilang, Radio Ibu, Sepinya Sepi, dan Amir, Akhir Sebuah Syair.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid, berharap, seri monolog "Di Tepi Sejarah" dapat diakses lebih banyak penonton. Selain itu, Hilmar juga menjelaskan bahwa rangkaian monolog merupakan inisiatif kecil yang dapat memberi makna baru bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan.

"Tokoh-tokoh yang diangkat dalam pentas ini mewakili semangat perjuangan seluruh komponen rakyat kala itu untuk keluar dari penjajahan. Ini semangat yang sangat dibutuhkan sekarang ketika Indonesia tengah berjuang melawan pandemi," ucapnya.

Produser Titimangsa Foundation, Happy Salma, berharap, "Di Tepi Sejarah" dapat menjadi kaca mata lain bangsa dalam melihat sejarahnya. Seri monolog ini juga merupakan upaya untuk meningkatkan literasi masyarakat. "Dengan terbukanya wawasan masyarakat, diharapkan bisa terhindar dari hoaks-hoaks," katanya.

Inovasi

Lebih jauh, Nadiem mengatakan, strategi pemajuan kebudayaan tidak hanya bertumpu pada konservasi, tapi juga inovasi. Karya-karya seni harus tetap memiliki kekhasan Indonesia. Di sisi lain harus punya daya saing di panggung dunia.

Dia optimistis, Kanal Indonesiana akan membuka babak baru dalam ekosistem kebudayaan. Pemerintah memberi ruang eksplorasi dan ekspresi yang jauh lebih luas bagi pelaku seni budaya yang berkualitas.

"Saya berharap para pelaku seni budaya terus bersemangat untuk menghasilkan karya yang kreatif dan inovatif," tandasnya.

Baca Juga: