KUALA LUMPUR - Sebuah lembaga pemikir yang bermarkas di Amerika Serikat (AS), Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) dalam laporan yang dirilis pekan ini menyatakan bahwa armada kapal penjaga pantai Tiongkok sejak awal Juni telah mengusik proyek migas Malaysia di lepas pantai Sarawak yang ada di wilayah perairan Laut Tiongkok Selatan (LTS).

Laporan AMTI itu dikeluarkan bersamaan dengan pengumuman perusahaan minyak milik Malaysia, Petronas, yang meneken kesepakatan penyediaan gas alam cair (liquid natural gas/LNG) selama 10 tahun senilai 7 miliar dollar AS bagi anak perusahaan dari China National Offshore Oil Corp (CNOOC), pada Rabu (7/7) lalu.

"Kapal-kapal Penjaga Pantai Tiongkok (China Coast Guard/CCG) telah mengusik pembangunan eksplorasi migas baru Malaysia di perairan lepas pantai Sarawak," kata AMTI dalam laporan yang berjudulContest at Kasawari: Another Malaysian Gas Project Faces Pressure. "Kejadian ini sudah 3 kali terjadi sejak musim semi tahun lalu CCG mengusik eksplorasi energi Malaysia," imbuh AMTI.

AMTI menjelaskan bahwa pengusikkan oleh CCG ini menunjukkan kegigihan Beijing dalam menantang kegiatan eksplorasi migas negara tetangganya di dalam zona ekonomi eksklusif mereka sendiri.

Tiongkok dan Malaysia termasuk di antara enam negara Asia yang berebut klaim teritorial di LTS. Beijing mengklaim hampir seluruh wilayah perairan sengketa itu sebagai miliknya.

Potensi Ketegangan

AMTI mengatakan ketegangan antara Malaysia dan Tiongkok terjadi saat pengembangan eksplorasi di ladang gas Kasawari, sekitar 4,3 mil laut dari ladang gas Malaysia lainnya, NC3, yang mulai beroperasi pada 2016.

Pemerintah Malaysia sempat membuat peringatan pada para pelaut sebelum Petronas mengangkut material pada 19-24 Mei yang akan digunakan untuk membangun anjungan sumur migas di lokasi tersebut. AMTI mengatakan peringatan itu juga ditujukan pada pihak Tiongkok.

Dalam laporan AMTI itu kemudian mengatakan bahwa ada 16 pesawat militer Tiongkok terbang dalam formasi taktis, mendekat dalam jarak 60 mil lautdari pantai Sarawak pada 31 Mei lalu dan aksi Beijing ini membuat Malaysia pun segera mengerahkan jet tempurnya.

Usai insiden itu, pemerintah Malaysia memanggil Dubes Tiongkok dan Kuala Lumpur saat ini berjanji akan melayangkan nota protes diplomatik. Namun hingga Kamis (8/7) belum ada kejelasan dari aksi Malaysia dalam menanggapi aksi pesawat-pesawat militer Tiongkok pada 31 Mei lalu itu.

Sejak insiden itu, AMTI melaporkan bahwa kapal-kapal Tiongkok bertahan di wilayah perairan dekat proyek migas Malaysia di lepas pantai Sarawak.

"Kapal-kapal CCG secara rutin beroperasi di sekitar Luconia Shoals, tinggal di sana selama berbulan-bulan dan sering melewati dekat proyek energi lepas pantai Malaysia," tulis AMTI.

Saat laporan AMTI dipublikasikan, kapal CCG terlihat ada Kasawari bersama dua kapal tongkang Malaysia, Sapura 2000 and Sapura 3000, yang mengerjakan pengeboran minyak. Dalam laporannya, AMTI menulis bahwa jika proyek eksplorasi migas lepas pantai ini rampung, maka ketegangan antara Malaysia dan Tiongkok akan semakin memanas. BenarNews/I-1

Baca Juga: