Beijing - Anggota Biro Politik Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (PKC) Li Shulei menyebut negaranya mendukung modernisasi dan pembangunan yang bersifat damai terhadap negara-negara di Afrika, termasuk untuk media dan lembaga penelitian di benua tersebut.
"Modernisasi tidak memiliki model yang pasti, suatu negara harus mencari model yang sesuai dengan karakter negaranya, namun Tiongkok sejak kelahiran Partai Komunis Tiongkok menjalankan modernisasi yang menghasilkan kemakmuran rakyat dan kami juga mendukung pembangunan negara-negara Afrika dengan modernisasi yang damai," kata Li Shulei yang juga Kepala Departemen Publikasi Komite Sentral PKC di Beijing, Tiongkok pada Rabu.
Li Shulei menyampaikan hal tersebut dalam pembukaan Forum Kerja Sama dan Dialog Tingkat Tinggi ke-6 Tiongkok-Afrika untuk Media dan Lembaga Penelitian di Beijing pada 21-22 Agustus 2024 yang dihadiri sekitar 500 peserta dari Tiongkok dan sekitar 40 negara Afrika.
"Tujuan modernisasi adalah memprioritaskan kesejahteraan rakyat, hal ini ditunjukkan dengan Tiongkok yang mampu mengangkat ratusan juta rakyat dari titik kemiskinan dan memberikan jaminan sosial, kesehatan hingga perumahan," tambah Li Shulei.
Li Shulei juga menyebut modernisasi Tiongkok didukung dengan reformasi dari dalam baik di bidang politik, sosial, budaya, lingkungan hingga level partai politik yaitu PKC.
"Modernisasi juga bercirikan perdamaian dan kerja sama, bukan mengedepankan uniliteralisme yang malah menganggu kedaulatan negara lain atas nama ideologi demokrasi, itu bukan pola yang kami lakukan. Tiongkok ingin berbagi modernisasi damai versi kami," ungkap Li Shulei.
Forum tersebut, menurut Li Shulei juga menjadi ajang pemanasan sebelum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja sama Tiongkok-Africa atau "Forum on Tiongkok-Africa Cooperation" (FOCAC) yang akan dilangsungkan di Beijing pada awal September 2024.
Sedangkan Menteri Komunikasi dan Media sekaligus Juru Bicara pemerintah Gabon, Laurence Ndong dalam acara tersebut mengatakan banyak orang di Tiongkok punya perasaan khusus atas Tiongkok.
"Pada masa lalu, ada bioskop yang memainkan film kung fu Tiongkok, Bruce Lee terkenal di Gabon bahkan ada yang sengaja belajar kung fu di Tiongkok untuk mengajar di Gabon sehingga masyarakat Gabon mengenal Tiongkok," kata Laurence.
Terkait peran media dan lembaga penelitian, Laurence menyebut media di Gabon bertanggung jawab untuk memberikan edukasi kepada publik termasuk mengatasi berita palsu maupun berita penuh kebencian.
"Namun kami juga membutuhkan 'capacity building', peningkatan kemampuan untuk menggunakan teknologi dan didukung infrastruktur lain yang relevan," ungkap Laurence.
Senada dengan Laurence, Menteri Informasi dan Media Zambia Conellius Mweetwa mengatakan penting bagi Afrika dan Tiongkok membangun kerja sama untuk meningkatkan kapasitas industri media di Zambia.
"Kami berharap ada dukungan teknologi baik untuk media maupun ekonomi digital karena Tiongkok sendiri sudah berhasil mengatasi kemiskinan dan punya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Conelliu.
Forum tersebut adalah kerja sama dari Badan Administrasi Radio dan Televisi Negara Tiongkok, Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, Pemerintah Kota Beijing, dan Persatuan Penyiaran Afrika.
Selama forum tersebut disepakati enam kesepakatan radio dan televisi serta 20 proyek kerja sama.
Tiongkok Tegaskan Dukungan Atas Pembangunan Negara-negara Afrika Bersifat Damai
22 Agustus 2024, 00:30 WIB
Waktu Baca 2 menit