BEIJING - Tiongkok diwartakan sejumlah media pada Selasa (6/2) telah berhasil menguji coba sistem misil pertahanan yang ditembakkan dari daratan. Uji coba ini yang dilakukan pada Senin (5/2) itu dikecam oleh Amerika Serikat (AS) karena dilakukan ditengah terjadinya ketegangan di Semenanjung Korea.

"Uji coba sistem misil jarak menengah pada Senin berhasil dilaksanakan sesuai dengan harapan kami. Misil yang ditembakkan dari daratan ini bertujuan untuk merontokkan misil balistik lawan saat terbang di atas atmosfir Bumi," demikian pernyataan singkat seperti dirilis oleh Kementerian Pertahanan Tiongkok. "Uji coba ini bertujuan untuk pertahan diri bukan dimaksudkan untuk menyasar negara tertentu," imbuh pernyataan itu. Dalam pernyataan tersebut tak dirinci dari mana lokasi uji coba penembakan misil penangkis tersebut.

Keprihatinan atas potensi terjadinya konflik senjata nuklir antara Korea Utara (Korut) dan AS, semakin meningkat setelah terjadi saling lempar pernyataan sengit ancaman perang antara Washington DC dan Pyongyang.

Sebelumnya pihak AS menempatkan sistem misil pertahanan yang dikenal dengan nama Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di wilayah Korea Selatan (Korsel). Penempatan misil penangkis ini untuk mengantisipasi ancaman serangan misil dari Korut. Beijing memprotes penempatan THAAD ini di Korsel karena jangkauan radarnya mampu menembus ke teritorial dan jadi ancaman keamanan bagi Tiongkok.

Menurut media South China Morning Post (SCMP), Tiongkok diketahui pertama kali menguji misil penangkis jarak menengah ini pada 2010. Uji coba kedua dilakukan pada 2013. Uji coba Tiongkok itu bersamaan dengan digencarkannya pengembangan teknologi pertahanan serupa di AS. Sayangnya dalam serangkaian uji coba misil penangkis Aegis yang dilakukan AS dan Jepang pekan lalu, misil buatan AS gagal merontokkan targetnya.

Dalam pemberitaan SCMP, uji coba misil penangkis jarak menengah ini bukan semata-mata untuk mengantisipasi serangan misil balistik dari Korut, namun juga dari serangan misil balistik Agni-V milik India dimana negara tetangga Tiongkok itu telah semakin pesat mengembangkan kapabilitas teknologi pertahanannya.

Upaya Diplomasi

Terkait ketegangan di Semenanjung Korea, Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, dan Menteri Pertahanan Jim Mattis, telah melakukan upaya keras melalui strategi diplomatik bagi meyakinkan pemimpin Korut, Kim Jong-un, agar mau ke meja perundingan dan bernegoisasi untuk menyingkirkan perlombangan persenjataan nuklir ini.

Sayangnya upaya Tillerson dan Mattis tak seragam dengan sejumlah petinggi di pemerintahan Presiden Donald Trump yang mendukung ide untuk meluncurkan serangan awal bagi menghancurkan sektor nuklir Korut dan menunjukkan bahwa AS tak main-main dalam hal ini.

Media Washington Post memberitakan bahwa calon duta besar AS yang ditunjuk oleh Presiden Trump untuk ditempatkan di Korsel, Victor Cha, menolak ditempatkan di Seoul karena menolak ide para petinggi di Washington DC tersebut.

Dalam pidato tahunan pekan lalu, Presiden Trump mewanti-wanti program persenjataan Pyongyang dalam waktu dekat bisa mengancam daratan AS.AFP/SCMP/I-1

Baca Juga: