BEIJING - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Lijian, mengingatkan Jepang untuk berkaca pada penyakit minamata sebelum akhirnya memutuskan untuk membuang air limbah PLTN Fukushima ke laut.

Penyakit Minamata muncul pada akhir 1950-an yang disebabkan air yang tercemar merkuri yang dibuang ke laut oleh pabrik kimia Chisso Corp di kota pesisir Minamata, Prefektur Kumamoto.

Penyakit tersebut melumpuhkan sistem saraf pusat manusia dan memicu cacat lahir. Penduduk setempat mengalami gejala aneh, seperti gemetar, kejang, kesulitan berjalan, berkurangnya pendengaran, kelumpuhan, hingga kematian.

Menurut pemerintah Jepang, 1.784 orang mati karena penyakit minamata dan puluhan ribu lainnya menderita gejala berat.

"Jepang tidak boleh melupakan tragedi sejarah," imbuh Zhao, di Beijing, Kamis (15/4).

Dia juga mendesak Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, untuk tidak membuang air radioaktif ke laut tanpa seizin negara lain dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Selain Tiongkok, Korea Selatan dan Taiwan juga menolak keputusan Jepang yang akan membuang air limbah PLTN Fukushima ke laut.

Negara-negara itu beralasan bahwa air limbah tersebut akan merusak lingkungan laut, keamanan pangan, dan kesehatan manusia.

Tidak Ilmiah

Sementara itu, Jepang menepis kritik yang dialamatkan kepadanya atas keputusannya tersebut.

Jepang mengatakan, alasan penolakan dan keberatan yang diajukan negara-negara tersebut tidak ilmiah. Jepang juga berpendapat pembuangan air limbah PLTN semacam itu ke lautan adalah rutinitas di seluruh dunia.

Pada kesempatan itu, Zhao menantang Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso, untuk meminum air limbah PLTN Fukushima. Pernyataan keras itu dilontarkan Zhao setelah Aso mengatakan bahwa air limbah PLTN Fukushima yang akan dibuang ke laut aman untuk dikonsumsi.

"Seorang pejabat Jepang mengatakan tidak apa-apa jika kita minum air (limbah PLTN Fukushima) ini, jadi silakan diminum," kata Zhao.

Pada Selasa (13/4), pemerintah Jepang memutuskan untuk melepaskan air limbah PLTN Fukushima ke laut dari pabrik dalam dua tahun mendatang.

Setelah itu, dalam konferensi pers pada Selasa, Aso mengatakan bahwa air limbah PLTN tersebut telah diolah sedemikian rupa sehingga tidak apa-apa jika diminum. "Saya telah mendengar bahwa kita tidak akan kena apa-apa jika kita minum (air limbah PLTN Fukushima)," kaya Aso.

Meski Jepang berdalih bahwa limbah itu sudah diproses, Zhao tetap menganggap keputusan Negeri Sakura itu tak memedulikan dampak lingkungan dan "sangat tidak bisa ditoleransi".

Selain Tiongkok, keputusan Jepang ini juga menuai kecaman dari sejumlah negara lain, termasuk Korea Selatan. Seoul bahkan berencana untuk menuntut Jepang ke mahkamah internasional terkait dengan keputusan tersebut.

Sementara itu, Amerika Serikat tak menentang keputusan Jepang itu karena dianggap sesuai dengan aturan internasional.

Namun, AS mewanti-wanti Jepang agar terbuka dalam melakukan proses pelepasan limbah tersebut dan selalu menjunjung tinggi aspek keamanan lingkungan.

"Kami menantikan koordinasi dan komunikasi lanjutan dari pemerintah Jepang sembari mereka memantau efektivitas rencana ini," demikian pernyataan Kemlu AS. n SB/AFP/WP/P-4

Baca Juga: