BEIJING - Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dalam pidatonya menjelang pertemuan puncak virtual dengan para pemimpin puncak negara kelompok BRICS (Brasil, Russia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan), Rabu (22/6), memperingatkan agar tidak "memperluas" aliansi militer.

Presiden Xi memperingatkan krisis Ukraina adalah panggilan untuk "bangun" dan memperingatkan "memperluas aliansi militer dan mencari keamanan sendiri dengan mengorbankan keamanan negara lain".

Forum ekonomi berkembang Brics yang berpengaruh menyumbang lebih dari 40 persen populasi global dan hampir seperempat produk domestik bruto dunia.

Tiga anggotanya, Tiongkok, India, dan Afrika Selatan, telah abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB yang mengutuk invasi Russia ke Ukraina.

Tiongkok dan India memiliki hubungan militer yang kuat dengan Russia dan membeli sejumlah besar minyak dan gasnya.

Kepentingan Moskwa

Dalam panggilan telepon pekan lalu, Presiden Xi meyakinkan Presiden Russia, Vladimir Putin, bahwa Tiongkok akan mendukung kepentingan inti Moskwa dalam "kedaulatan dan keamanan", membuat Washington memperingatkan Beijing bahwa itu berisiko berakhir "di sisi sejarah yang salah".

Afrika Selatan, salah satu dari sedikit negara Afrika yang memiliki pengaruh diplomatik di luar benua, juga menolak untuk mengutuk tindakan militer Russia, untuk menjaga hubungan ekonomi yang penting.

Presiden Xi juga mengecam sanksi Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa terhadap Russia dalam pidatonya, dengan mengatakan "sanksi adalah bumerang dan pedang bermata dua".

Sebelumnya, Putin mengatakan dia tidak keberatan atas rencana Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (EU), menyusul keputusan bersejarah Komisi Eropa yang mendukung upaya Kiev untuk menjadi anggota.

"Kami tidak menentangnya.

Ini bukan blok militer.

Itu hak negara mana pun untuk bergabung dengan serikat ekonomi," kata Putin ketika ditanya tentang kemungkinan Ukraina bergabung dengan EU.

Russia selama bertahuntahun telah mencerca upaya Ukraina untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Masalah ini menjadi isu besar antara Moskwa dan Barat.

SB/ST/N-3

Baca Juga: