Tiongkok mengatakan pihaknya dengan tegas menentang aliansi militer asing yang menargetkan Tiongkok dan memicu konfrontasi dengan blok tersebut.

BEIJING - Tiongkok telah menyatakan keprihatinan besar mengenai kemungkinan bergabungnya Jepang dengan pakta keamanan AUKUS dengan mengatakan hal itu akan merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan dan dunia.

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok mengatakan pada Kamis (25/4) bahwa Tiongkok terbuka terhadap kerja sama militer normal antarnegara, namun mereka dengan tegas menentang negara-negara terkait yang membentuk kelompok eksklusif.

Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) membentuk kemitraan pertahanan dan keamanan AUKUS pada 2021 dalam upaya melawan kekuatan Tiongkok yang semakin besar di kawasan ini. Sedangkan Tiongkok telah berulang kali mengkritik AUKUS karena memicu konfrontasi blok-ke-blok.

AS saat ini sedang berupaya meningkatkan kemitraan dengan sekutunya di Asia, termasuk Jepang dan Filipina, dalam menghadapi peningkatan kekuatan militer Tiongkok dan meningkatnya keagresifan teritorialnya.

Jepang belum secara eksplisit mengumumkan partisipasinya dalam AUKUS tetapi pernyataan bersama yang dirilis setelah Presiden AS, Joe Biden, ketika bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, bulan ini, mengatakan bahwa mitra AUKUS sedang mempertimbangkan kerja sama dengan Jepang dalam proyek-proyek tertentu.

"Asia-Pasifik bukanlah ajang persaingan geopolitik," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok, Wu Qian, pada konferensi pers di Beijing. "Jepang perlu mengambil pelajaran dari sejarah, berbicara dan bertindak dengan hati-hati dalam masalah militer dan keamanan," imbuh Wu seraya memperingatkan beberapa negara lain agar tidak memicu konfrontasi juga.

Selain Tiongkok, Korea Utara (Korut) di sisi lain mengatakan bahwa AS telah melakukan langkah sembrono dengan melibatkan Jepang untuk secara gila-gilaan memperluas lingkup aliansinya tanpa batas.

Pyongyang mengkritik rencana tersebut dengan mengatakan bahwa bahaya partisipasi Jepang dalam AUKUS membuat seluruh komunitas internasional menjadi tegang.

"Adalah niat jahat AS untuk mendorong Jepang yang terobsesi dengan nasionalisme menjadi bagian dari konfrontasi bernama AUKUS dan menempatkannya di garis terdepan dalam tekanan anti-Tiongkok dan mendorong ladang ranjau nuklir di Asia-Pasifik yang wilayahnya lebih dekat dengan Tiongkok," kata analis Kang Jin Song dalam editorial yang diterbitkan oleh kantor beritaKCNApada Kamis.

Pilar II

Sementara itu menteri pertahanan AUKUS dalam sebuah pernyataan bersama menyatakan bahwa mereka menyadari kekuatan Jepang dan kemitraan pertahanan bilateral yang erat dengan ketiga negara tersebut. "Kami sedang mempertimbangkan kerja sama dengan Jepang dalam proyek kemampuan lanjutan pilar II AUKUS," kata mereka.

"Program pertama atau pilar I dari kemitraan trilateral AUKUS adalah berbagi kapal selam bertenaga nuklir antara AS, Inggris, dan Australia," kata Stephen Nagy, seorang profesor politik dan studi internasional di International Christian University di Tokyo.

"Jepang tidak akan bergabung dengan pilar I, tetapi bisa bergabung dengan pilar II yaitu kerja sama dalam teknologi baru seperti kecerdasan buatan, komputasi kuantum, dunia maya, hipersonik, dan banyak lagi," imbuh Nagy.

Menurut Nagy partisipasi Jepang tak hanya akan meningkatkan teknologi dan koordinasi dengan anggota AUKUS serta keamanannya, tetapi juga memastikan bahwa dominasi teknologi baru akan dilakukan oleh negara-negara yang berpikiran sama dan menghormati supremasi hukum.

Tokyo adalah salah satu mitra paling terpercaya Washington DC di Indo-Pasifik. Terdapat 54.000 tentara AS di Jepang dan satu-satunya armada penyerang kapal induk AS yang dikerahkan di garis depan, berpangkalan di Yokosuka.

Saat ini Jepang tengah meningkatkan belanja militer untuk menghadapi tantangan dan mengambil peran kepemimpinan regional, beralih dari strategi pertahanan pasifis pascaperang.RFA/I-1

Baca Juga: