DUBAI - Tiongkok dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama selama 25 tahun pada Sabtu kemarin. Kerja sama itu bertujuan memperkuat aliansi ekonomi dan politik mereka. Kesepakatan ini mereka ambil di tengah Amerika Serikat memberikan sanksi kepada kedua negara tersebut.

"Hubungan antara kedua negara sekarang telah mencapai tingkat kemitraan strategis, dan Tiongkok berusaha untuk meningkatkan hubungan secara komprehensif dengan Iran," kata Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, usai bertemu Presiden Iran, Hassan Rouhani, di Teheran, Sabtu (27/3) waktu setempat.

Menurut Wang, hubungan Tiongkok dengan Iran itu tidak akan terpengaruh oleh situasi saat ini. Kerja sama itu bersifat permanen. Perjanjian tersebut mencakup investasi Tiongkok di sektor-sektor seperti energi dan infrastruktur.

"Iran memutuskan secara independen hubungannya dengan negara lain dan tidak seperti beberapa negara yang mengubah posisi mereka dengan satu panggilan telepon," ucap Wang.

Kesepakatan ini akan membawa Iran ke dalam Belt and Road Initiative China, skema infrastruktur multi-triliun dollar yang dimaksudkan untuk membentang dari Asia Timur ke Eropa.

Proyek ini bertujuan untuk memperluas pengaruh ekonomi dan politik Tiongkok secara signifikan dan telah menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat.

Teman Di Masa Sulit

Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif, menyebut Tiongkok sebagai "teman untuk masa-masa sulit". Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, mengatakan perjanjian itu adalah "peta jalan" untuk perdagangan dan kerja sama ekonomi serta transportasi, dengan fokus khusus pada sektor swasta kedua negara.

Di tempat yang sama, Presiden Rouhani mengapresiasi atas dukungan Tiongkok untuk posisi Iran pada kesepakatan nuklir 2015. Dalam kesepakatan ini, Iran setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

"Kerja sama antara kedua negara sangat penting untuk implementasi kesepakatan nuklir dan pemenuhan kewajiban negara-negara Eropa," katanya.

Presiden AS, Joe Biden, telah berusaha untuk menghidupkan kembali pembicaraan dengan Iran tentang kesepakatan nuklir yang ditinggalkan pada 2018 oleh pendahulunya, Donald Trump. Teheran ingin sanksi yang diberlakukan Trump dihapus sebelum negosiasi dilanjutkan.

"Di bawah pemerintahan baru, Amerika ingin mempertimbangkan kembali kebijakan mereka dan kembali ke perjanjian nuklir. Tiongkok menyambut baik langkah mereka," kata Wang. n SB/AFP/P-4

Baca Juga: