Menyusul terjadinya insiden konfrontasi terbaru di sekitar Sabina Shoal, Tiongkok menyatakan bahwa mereka terbuka untuk menyelesaikan masalah LTS dengan Filipina.
BEIJING - Tiongkok menyatakan bahwa mereka terbuka untuk menyelesaikan masalah Laut Tiongkok Selatan (LTS) dengan Filipina melalui ruang dialog. Hal itu disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, dalam konferensi pers di Beijing, Senin (2/9).
"Kami siap untuk menjaga dialog dan komunikasi dengan Filipina melalui saluran diplomatik guna menangani masalah yang relevan dengan tepat dan mengendalikan situasi maritim," kata Mao Ning
Hal tersebut disampaikan menyusul insiden konfrontasi terbaru di sekitar Sabina Shoal yang masuk dalam Kepulauan Spratly, wilayah perairan sengketa kedua negara di LTS pada 31 Agustus lalu. Kejadian itu menjadi insiden ketiga dalam satu bulan terakhir.
"Pada 31 Agustus, kapal penjaga pantai Filipina, yang telah berlabuh secara ilegal di laguna Xianbin Jiao selama berminggu-minggu, bertindak tidak profesional dan berbahaya dengan sengaja menabrak kapal Penjaga Pantai Tiongkok yang berada di sana," ungkap Mao Ning.
Penjaga Pantai Filipina mengatakan salah satu kapal patrolinya yang berukuran besar ditabrak hingga rusak oleh kapal Penjaga Pantai Tiongkok, namun Penjaga Pantai Tiongkok mengklaim bahwa pihak Filipina sengaja bertabrakan dengan kapal Tiongkok dengan cara yang berbahaya.
"Penjaga Pantai Tiongkok ada di sana untuk menjaga kedaulatan dan hak-hak hukum Tiongkok, kami hanya merespons dengan tindakan yang diperlukan sesuai dengan hukum, yang sepenuhnya dibenarkan, sah, dan tidak tercela," tutur Mao Ning.
Tindakan Filipina, menurut Mao Ning, melanggar kedaulatan Tiongkok, melanggar hukum internasional serta deklarasi perilaku para pihak di LTS (declaration of conduct/DoC).
"Tiongkok meminta Filipina untuk segera menarik kapal yang berlabuh secara ilegal di laguna tersebut, dan segera menghentikan kegiatan pelanggaran dan provokasi," tegas Mao Ning. "Tiongkok akan terus mengambil tindakan tegas sesuai dengan hukum untuk menjaga kedaulatan teritorial dan hak serta kepentingan maritim kami, serta menegakkan efektivitas DoC," imbuh dia.
Perebutan Klaim
Lokasi tabrakan kapal kedua negara itu berada di sekitar 75 mil laut dari pantai barat Filipina dan 630 mil laut dari Tiongkok.
Sebelumnya pada 19 Agustus 2024, beberapa kapal Tiongkok dan Filipina juga bertabrakan di sekitar kawasan tersebut.
Juru bicara Penjaga Pantai Filipina, Jay Tarriela, mengatakan tindakan kapal Penjaga Pantai Tiongkok di dekat Sabina Shoal mengakibatkan tabrakan yang menyebabkan kerusakan di dua kapal Penjaga Pantai Filipina. Namun juru bicara Penjaga Pantai Tiongkok, Geng Yu, mengatakan justru dua kapal Penjaga Pantai Filipina secara ilegal menerobos perairan Xianbin Reef.
Tabrakan lain terjadi pada 25 Agustus 2024 dan kedua pihak lagi-lagi saling menyalahkan satu sama lain. Tiongkok dianggap menghalangi dua kapal Filipina yang menjalankan misi kemanusiaan untuk mengirimkan suplai logistik ke BRP Teresa Magbanua, sebuah kapal Penjaga Pantai Filipina yang dikerahkan ke Sabina Shoal beberapa bulan lalu.
Pemerintah Tiongkok mengklaim memiliki hak kedaulatan dan yurisdiksi atas kepulauan LTS (Nanhai Zhudao) yang terdiri dari Dongsha Qundao (Kepulauan Pratas), Xisha Qundao (Kepulauan Paracel), Zhongsha Qundao (Scarborough Shoal dan Macclesfield Bank) dan Nansha Qundao (Kepulauan Spratly) dan perairan di sekitarnya.
Secara khusus Tiongkok dan Filipina kerap terlibat dalam konflik terbuka di pulau karang yang disebut Tiongkok dengan nama Ren'ai Jiao atau disebut Ayungin Shoal oleh Filipina, yang merupakan bagian dari Kepulauan Spratly yang disengketakan kedua negara, selain juga beberapa negara Asia tenggara lainnya. Ant/I-1