BEIJING - Tiongkok menargetkan astronautnya bisa lebih lama tinggal di Bulan agar mampu melakukan studi ilmiah, jika pemerintah berhasil mendirikan stasiun penelitian Bulan. Hal itu dilaporkan media pemerintah pada Minggu (14/3), mengutip keterangan dari perancang program Bulan negara tersebut.

Tiongkok sebelumnya telah melakukan pemetaan terkait serangkaian misi luar angkasa nirawak pada dekade ini, termasuk mendirikan pangkalan robot untuk menjelajahi wilayah kutub selatan Bulan, sebelum pendaratan berawak di Bulan.

"Jika proyek stasiun penelitian bulan berhasil dilaksanakan, Tiongkok tidak lama lagi bisa melakukan pendaratan berawak," kata Wu Weiren, kepala perancang program eksplorasi Bulan Tiongkok.

"Dibandingkan dengan astronot Amerika yang hanya bisa tinggal selama puluhan jam setelah mendarat di Bulan, astronaut Tiongkok akan tinggal di Bulan untuk jangka waktu yang lebih lama," kata Wu seraya mengatakan bahwa misi ini akan menjadi kunjungan jangka panjang di Bulan, bukan kunjungan jangka pendek.

Wu pun mengatakan bahwa roket Tiongkok saat ini tidak memiliki daya dorong yang cukup untuk mengirim astronaut ke Bulan, tetapi Beijing bertujuan untuk membuat terobosan dalam desain roket pada 2021-2025.

Pekan lalu, Tiongkok dan Russia menandatangani pakta awal untuk mendirikan stasiun penelitian Bulan internasional. Namun tidak ada rincian waktu terkait kapan rencana itu akan diwujudkan.

Tiongkok pun sebelumnya telah berhasil meluncurkan serangkaian misi di Bulan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk mengambil batuan Bulan tanpa awak tahun lalu, yang pertama dilakukan oleh negara mana pun sejak 1976.

Namun Tiongkok masih tertinggal dari Amerika Serikat dalam hal pengalaman, keahlian, dan teknologi.

NASA berencana mengembalikan astronaut ke permukaan Bulan pada 2024. Pendaratan awak NASA terakhir dilakukan pada 1972. VoA/I-1

Baca Juga: