LONDON - Utusan iklim Amerika Serikat (AS), John Kerry, memperingatkan Tiongkok agar dalam dekade ini harus mengurangi emisi supaya dunia terhindar dari "kekacauan" iklim. Pernyataan itu disampaikan atas penilaiannya karena dunia dinilai gagal memenuhi komitmennya akan perubahan iklim.

Dalam pidato kebijakan di Kew Gardens di London itu, Kerry memilih Tiongkok dan mengatakan sangat mustahil bagi dunia untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius, kecuali penghasil emisi terbesar di dunia mengubah targetnya. "Tidak ada alternatif, karena tanpa pengurangan yang cukup oleh Tiongkok, tujuan 1,5 derajat pada dasarnya tidak mungkin," kata Kerry.

Kerja sama antara AS dan Tiongkok dalam hal iklim adalah "satu-satunya cara untuk membebaskan diri dari pakta bunuh diri bersama di dunia saat ini," tambahnya.

Berbicara menjelang pertemuan para menteri lingkungan G20 di Italia pada pekan lalu, Kerry mengatakan semua negara ekonomi utama perlu mulai mengurangi emisi pada 2030. Dia mendesak negara-negara G20 lainnya untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius, target yang ditentang beberapa orang.

Tiongkok yang menyumbang 28 persen dari emisi global tahunan, telah berjanji untuk mencapai puncak emisi sebelum 2030, tanpa menentukan kapan mereka akan mulai menurun, atau berapa banyak, sedangkan AS adalah penghasil emisi kumulatif terbesar di dunia.

Kerry mengatakan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara di Tiongkok "mengganggu". Dia menunjukkan bahwa jika Beijing tidak mencapai puncak emisi hingga 2030, seluruh dunia harus mencapai nol emisi pada 2040, sebuah tujuan yang dia katakan "tidak mungkin".

"Meskipun kami datang ke sini untuk berbicara tentang efek rumah kaca, kami tidak bermaksud menempatkan Anda di rumah kaca," canda Kerry di hadapan audiens yang berkumpul di konservatori yang terik selama gelombang panas London.

Sudah Terasa

Dengan hubungan AS-Tiongkok yang rendah, kerja sama dalam masalah iklim adalah salah satu dari sedikit bidang di mana keduanya secara luas selaras, membuat pernyataan tajam Kerry menjadi tidak biasa.

Ketika peristiwa cuaca yang aneh membawa kehancuran bagi negara-negara kaya dan miskin, dan dengan banjir di Jerman yang merenggut ratusan nyawa, efek perubahan iklim sudah terasa. "Kami sudah melihat konsekuensi dramatis dengan 1,2 derajat pemanasan. Merenungkan menggandakan itu berarti mengundang malapetaka," kata Kerry.

Mantan Menlu AS ini juga menyerukan "mobilisasi masa perang" sumber daya untuk memerangi krisis, dengan mengatakan itu adalah "kesempatan besar untuk membangun kembali ekonomi kita setelah pandemi bersejarah".

AS menarik diri dari Kesepakatan Iklim Paris di bawah Presiden Donald Trump, tetapi telah bergabung kembali awal tahun ini setelah penggantinya, Joe Biden, menjabat.

n SB/FT/E-9

Baca Juga: