WHO meminta Tiongkok untuk bekerja sama dengan membagikan informasinya tentang asal-usul Covid-19.

JENEWA - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Kamis (6/4), mendesak Tiongkok untuk membagikan informasinya tentang asal-usul Covid-19, dengan mengatakan bahwa sampai itu terjadi, semua hipotesis tetap terbuka.

"Tanpa akses penuh ke informasi yang dimiliki Tiongkok, Anda tidak dapat mengatakan ini atau itu," kata Tedros menanggapi pertanyaan tentang asal usul virus tersebut.

"Semua hipotesis ada di atas meja. Itulah posisi WHO dan itulah mengapa kami meminta Tiongkok untuk bekerja sama dalam hal ini," ujarnya dikutip dari The Straits Times.

"Jika Tiongkok melakukan itu maka kita akan tahu apa yang terjadi atau bagaimana awalnya," tambahnya.

Virus ini pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan di Tiongkok pada Desember 2019, dengan banyak dugaan bahwa itu bermula dari pasar hewan hidup sebelum menyebar ke seluruh dunia dan membunuh hampir tujuh juta orang.

Data dari hari-hari awal pandemi Covid-19 diunggah secara singkat oleh para ilmuwan Tiongkok ke database internasional bulan lalu. Itu termasuk urutan genetik yang ditemukan di lebih dari 1.000 sampel lingkungan dan hewan yang diambil pada Januari 2020 di pasar makanan laut Huanan di Wuhan, lokasi wabah Covid-19 pertama yang diketahui.

Data menunjukkan asam deoksiribonukleat (DNA) dari beberapa spesies hewan, termasuk anjing rakun, ada dalam sampel lingkungan yang dites positif untuk Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.

"Menunjukkan bahwa mereka adalah saluran yang paling mungkin dari penyakit tersebut," kata tim peneliti internasional.

Namun, dalam studi non-peer-review yang diterbitkan oleh jurnal Nature minggu ini, para ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok membantah temuan tim internasional tersebut.

Mereka mengatakan sampel tidak memberikan bukti bahwa hewan tersebut benar-benar terinfeksi. Sampel juga diambil sebulan setelah penularan dari manusia ke manusia pertama kali terjadi di pasar, sehingga meski positif Covid-19, hewan tersebut bisa tertular virus dari manusia.

Pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove, mengatakan informasi Tiongkok terbaru memberikan beberapa "petunjuk" tentang asal-usul, tetapi tidak ada jawaban.

Sedang Bekerja

Dia mengatakan badan PBB itu sedang bekerja dengan para ilmuwan untuk mencari tahu lebih banyak tentang kasus paling awal dari 2019, seperti keberadaan mereka yang terinfeksi. WHO masih belum mengetahui apakah beberapa penelitian yang diperlukan telah dilakukan di Tiongkok.

"WHO juga telah meminta data asli dari Amerika Serikat yang mendukung studi baru-baru ini oleh Departemen Energi AS yang menyatakan bahwa kebocoran laboratorium di Tiongkok kemungkinan telah menyebabkan pandemi Covid-19," katanya.

Tedros mengharapkan WHO akan mencabut status darurat Covid-19 sekitar tahun 2023, tanpa memberikan kerangka waktu yang lebih spesifik.

Badan kesehatan PBB itu terus menganggap Covid-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, lebih dari tiga tahun setelah penilaian awal. "Saya pikir kami akan dapat mengangkatnya tahun ini," kata Tedros.

Komite ahli tentang status pandemi selanjutnya akan bertemu pada bulan Mei. Sebelumnya, Tedros menyebutkan Covid-19 masih merupakan darurat kesehatan masyarakat yang harus dijadikan perhatian masyarakat internasional (PHEIC). Penilaian itu, diambil mengikuti saran dari badan penasihat.

Setelah Komite Darurat Regulasi Kesehatan Internasional bertemu selama akhir pekan, kepala WHO itu mencatat bahwa minggu ini menandai tahun ketiga penetapan Covid-19 sebagai PHEIC sejak Januari 2020.

Baca Juga: