BEIJING - Tiongkok dilaporkan menuntut Amerika Serikat (AS) menghentikan kebebasan operasi navigasi di Laut Tiongkok Selatan (LTS) dan menuduh Washington melakukan "kesalahan bodoh" ketika bulan ini salah satu kapal selam bertenaga nuklirnya bertabrakan dengan objek tak dikenal.

Ini adalah tanggapan terbaru dan terkuat yang dibuat Tiongkokterhadap insiden 2 Oktober yang dipublikasikan militer AS beberapa hari setelah itu terjadi. Para pengamat mengatakan retorika keras itu bisa menjadi tanggapan terhadap perjanjian pertahanan yang baru-baru ini diumumkan antara AS, Inggris, dan Australia.

Itu juga bertepatan dengan panel senat AS yang mendukung undang-undang untuk memberikan sanksi kepada individu dan perusahaan yang terlibat dalam kegiatan Tiongkok di LTS yang disengketakan.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok, Kolonel Senior Tan Kefei mengatakan bahwa "Tiongkok sangat prihatin" tentang tabrakan 2 Oktober dari USS Connecticut (SSN-22) selama operasi penyelaman.

"Sebagai pihak yang bertanggung jawab, AS memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk menguraikan keadaan insiden tersebut," ungkapnya di Beijing, Selasa (19/10).

Tan menuntut agar AS menghentikan pengintaian dekat laut dan wilayah udara yang berdekatan, serta apa yang disebut operasi kebebasan navigasi atau FONOP, yang telah dilakukan Angkatan Laut AS. Menurut Pentagon, militer AS menggunakan FONOP untuk menantang "klaim maritim yang berlebihan" oleh sejumlah negara di seluruh dunia, termasuk Tiongkok.

"Selama pembatasan pada navigasi dan hak penerbangan dan kebebasan yang melebihi otoritas yang diberikan berdasarkan hukum internasional tetap ada, Amerika Serikat akan terus menantang klaim maritim yang melanggar hukum tersebut," kata Pentagon.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok mengatakan untuk waktu yang lama, militer AS telah sering mengirim kapal induk, pembom strategis, kapal selam nuklir dan sistem senjata canggih lainnya untuk menunjukkan kekuatan dan menimbulkan masalah di LTS atas nama kebebasan navigasi dan penerbangan.

"Kegiatan ini mengancam keamanan nasional regional dan memperburuk ketegangan regional dan tepatnya akar penyebab dan kerugian dari insiden ini," tuturnya.

Tan mengulangi klaim Tiongkok bahwa AS "sengaja menunda dan menyembunyikan rincian insiden itu. Perilaku ini dapat dengan mudah menyebabkan kesalahpahaman dan salah perhitungan," ujarnya.

Membantah Tuduhan

Departemen Pertahanan AS telah membantah tuduhan itu. Armada Pasifik AS mengeluarkan rilis berita tentang insiden itu pada 7 Oktober, lima hari setelah USS Connecticut menabrak objek yang tidak diketahui saat beroperasi di "perairan internasional di kawasan Indo-Pasifik".

"Tidak ada cedera yang mengancam jiwa para pelaut dan "mesin propulsi nuklir dan ruang kapal selam tidak terpengaruh dan tetap beroperasi penuh," tegasnya.

Surat kabar Global Times, cabang corong Partai Komunis Tiongkok, People's Daily, pekan lalu mengutip beberapa pakar Tiongkok yang mengatakan USS Connecticut mungkin telah membuat "kesalahan bodoh" saat beroperasi di bawah laut.

Salah satu ahli, Li Jie, berspekulasi kapal selam AS telah gagal untuk beralih ke "sonar positif" yang diperlukan selama manuver ofensif atau ketika menavigasi di daerah dengan topografi yang kompleks, dan AS malu untuk membicarakan kesalahan tersebut. USS Connecticut saat ini sedang menjalani penilaian dan perbaikan awal di Naval Bay di wilayah Pasifik AS di Guam, sementara Angkatan Laut melakukan penyelidikan atas insiden tersebut.

Rincian masih samar tentang apa yang akan menyebabkan tabrakan seperti itu. Para ahli mengatakan itu bisa berupa kapal karam, atau kontainer yang tenggelam, atau bahkan benda bergerak.

Baca Juga: