BEIJING - Dialog tingkat tinggi pertama di bawah mekanisme diskusi dan kerja sama Tiongkok-Jerman mengenai perubahan iklim dan transisi hijau diadakan di Beijing, Tiongkok, Sabtu (22/6).

Beberapa hasil penting diumumkan usai dialog tersebut. Kedua belah pihak akan memulai kerja sama di tingkat provinsi mengenai transisi hijau dan membentuk kelompok kerja untuk upaya penurunan karbon industri.

Seperti dikutip dari Antara, kedua negara juga akan berkolaborasi dalam sejumlah proyek percontohan untuk meningkatkan efisiensi energi di berbagai sektor penting, menurut pernyataan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (National Development and Reform Commission/NDRC) Tiongkok.

Dalam dialog tersebut, Tiongkok menyatakan kesiapan untuk meningkatkan lebih lanjut kerja sama dengan Jerman dalam hal efisiensi energi, ekonomi sirkular, upaya penurunan karbon industri, dan transisi energi.

Jajaki Kolaborasi

Sementara itu, Jerman bersedia untuk menjajaki kolaborasi lebih lanjut dengan Tiongkok di berbagai bidang seperti energi terbarukan, pengembangan jaringan listrik pintar (smart grid), serta produksi berbagai produk nol karbon (zero-carbon) dan rendah karbon.

Sebelumnya disampaikan kegigihan upaya Tiongkok dalam memajukan energi bersih dan membina kerja sama global telah muncul sebagai dorongan penting yang membawa dunia menuju masa depan yang lebih hijau.

"Tiongkok muncul sebagai kontributor sekaligus pemimpin yang signifikan dalam pengembangan energi bersih secara global," ujar Yang Lei, Wakil Dekan Institut Energi di Universitas Peking, dalam sebuah subforum Pameran Investasi Luar Negeri Tiongkok (Tiongkok Overseas Investment Fair) ke-14 belum lama ini.

Data dari Administrasi Energi Nasional (National Energy Administration) mengungkap Tiongkok berkontribusi 50 persen lebih dari 510 gigawatt kapasitas energi terbarukan yang baru terpasang di seluruh dunia pada 2023. Tiongkok memegang posisi dominan dalam produksi komponen fotovoltaik, turbin angin, dan baterai.

Bangkitnya industri energi bersih di Tiongkok merupakan bukti kehebatan industri negara tersebut dan dengan jelas mewakili janji tegas Tiongkok untuk mengejar pembangunan hijau dan rendah karbon.

Tiongkok mengumumkan mereka akan mencapai puncak emisi karbon dioksida pada 2030 dan mencapai netralitas karbon pada 2060. Komitmen ini semakin memacu pengembangan produk-produk energi bersih.

"Kapasitas Tiongkok yang kuat untuk memproduksi produk-produk energi bersih telah menurunkan biaya transisi hijau, membuka jalan bagi pengembangan energi terbarukan berskala besar secara global dan penghapusan bahan bakar fosil," ujar Yang.

Sementara itu, Tiongkok berkomitmen untuk menyediakan solusi-solusi Tiongkok yang terjangkau untuk transformasi energi global.

Li Fei, yang mewakili Power Tiongkok International Group Limited, menjelaskan peran perusahaan tersebut dalam memajukan keberlanjutan sejak masuk ke pasar tenaga angin di luar negeri pada 2011.

Mengutip salah satu proyek penting mereka, yaitu Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Angin Adama 1 di Ethiopia, Li menyebutkan itu merupakan proyek pertama perusahaan itu yang dirancang dan dilengkapi dengan teknologi Tiongkok, yang secara signifikan berkontribusi membawa energi bersih ke Afrika.

Hingga Desember lalu, perusahaan tersebut telah membangun proyek-proyek pembangkit listrik tenaga angin dan fotovoltaik di lebih dari 20 negara, dengan total kapasitas terpasang 50,4 gigawatt, yang terdiri dari 18,7 gigawatt tenaga angin dan 31,7 gigawatt fotovoltaik.

Perusahaan itu juga telah menjajaki pembangunan proyek energi hidrogen di pasar luar negeri selama beberapa tahun terakhir, kata Li, dan menyebutkan bahwa proyek tenaga angin-ke-hidrogen di Uzbekistan telah dimulai, menandai inisiatif energi hidrogen luar negeri pertama yang dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Kisah perusahaan infrastruktur tersebut melambangkan upaya-upaya Tiongkok dalam kerja sama internasional di sektor energi bersih.

Tiongkok secara aktif terlibat dalam proyek-proyek infrastruktur tenaga listrik di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika. Berbagai upaya penting meliputi proyek pembangkit listrik tenaga air Kaleta di Guinea dan proyek transmisi tenaga listrik Belo Monte di Brasil.

Baca Juga: