BEIJING - Menteri Perdagangan Tiongkok, Wang Wentao, dan mitranya dari Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat akan mengadakan panggilan telepon untuk membahas hubungan perdagangan dan ekonomi kedua negara. Demikian dilaporkan kantor berita milik pemerintah Tiongkok, Xinhua, Selasa (1/10).

Dikutip dari The Straits Times, mereka akan bertukar pandangan mengenai hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral serta isu-isu utama yang menjadi perhatian bersama, termasuk pembatasan kendaraan listrik (EV).

Selama pertemuan kelompok kerja dua hari di Beijing bulan lalu dengan delegasi AS, pejabat Tiongkok menyatakan kekhawatiran serius tentang tarif impor tambahan AS, pembatasan investasi, dan sanksi terkait Russia.

Gelombang baru tarif AS terhadap barang-barang Tiongkok senilai 18 miliar dollar AS termasuk kendaraan listrik, baterai kendaraan listrik, dan panel surya mulai berlaku pada akhir September, dengan baterai lithium-ion menanggung beban pungutan berdasarkan nilai. AS hampir tidak mengimpor kendaraan listrik Tiongkok.

Tarif tersebut diberlakukan setelah peninjauan oleh Kantor Perwakilan Dagang AS terhadap pungutan yang sebelumnya diperkenalkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, pada 2018.

Perkuat Perlindungan

Pemerintahan Biden mengatakan tarif tersebut ditujukan untuk memperkuat perlindungan bagi industri domestik yang strategis dari kelebihan kapasitas produksi yang didorong oleh negara Tiongkok. Beijing telah bersumpah untuk melakukan pembalasan.

Tiongkok telah lama menuduh AS menghambat pembangunan ekonominya dan menekan kemajuan teknologinya karena apa yang disebutnya sebagai paranoia belaka. Namun, Beijing tetap terbuka untuk perundingan dan negosiasi, terutama mengingat prospek Trump kembali ke Gedung Putih.

Trump mengatakan ia akan mempertimbangkan untuk mengenakan tarif lebih tinggi sebesar 60 persen atau lebih pada barang-barang Tiongkok jika ia terpilih kembali sebagai presiden pada bulan November.

"Dalam hubungan antarnegara, pertanyaan nomor 1 dan paling mendasar adalah apakah kita saingan atau mitra?" kata Xie Feng, Duta Besar Tiongkok untuk AS, dalam sebuah resepsi pada hari Senin, menjelang Hari Nasional Tiongkok.

"Keberhasilan Tiongkok tidak harus berarti kegagalan AS," tambah Xie.

Hubungan Tiongkok dengan Uni Eropa juga mengalami ketegangan baru karena Brussels menuduh Beijing membanjiri pasar Eropa dengan kendaraan listrik yang menurutnya didukung oleh kebijakan industri Tiongkok yang tidak adil dan subsidi.

Uni Eropa dijadwalkan akan memberikan suara untuk memperkenalkan pungutan definitif pada kendaraan listrik buatan Tiongkok bulan ini.

Selain itu, pejabat kesehatan Tiongkok dan AS telah sepakat untuk memperkuat komunikasi, k e r j a sama, dan koordinasi dalam urusan kesehatan global, setelah menjalin sebuah pembicaraan langka di Washington. Demikian dilaporkan Kantor berita milik pemerintah Tiongkok, Xinhua, pada Senin (30/9).

"Tiongkok bersedia meningkatkan komunikasi dan koordinasi kebijakan dengan AS dan berkolaborasi dalam masalah medis, termasuk pencegahan dan pengobatan kanker," kata Cao Xuetao, Wakil Kepala Komisi Kesehatan Nasional, Tiongkok setelah pembicaraan baru-baru ini.

"Memperkuat kerja sama kesehatan antara Tiongkok dan AS menguntungkan kedua negara," kata Cao menyusul kunjungan tingkat menteri pertama oleh otoritas kesehatan Tiongkok ke AS sejak 2017.

Tiongkok dan AS telah meningkatkan komunikasi di berbagai aspek hubungan mereka dalam upaya menstabilkan hubungan, yang jatuh ke titik terendah dalam sejarah selama pandemi baru-baru ini.

Pada puncak Covid-19, militer AS meluncurkan kampanye rahasia untuk menciptakan keraguan tentang keamanan dan kemanjuran vaksin dan bantuan penyelamat jiwa lainnya yang dipasok oleh Tiongkok di Filipina.

Menurut Xinhua, selama pembicaraan baru-baru ini di Washington, pejabat kesehatan AS dan Tiongkok meninjau kembali kemitraan jangka panjang mereka, mengakui nilai pertukaran dan kerja sama medis Tiongkok-AS, dan menyatakan keinginan untuk melanjutkan pertukaran lebih lanjut.

Pada tahun 2024, pejabat tinggi dari kedua belah pihak telah meningkatkan keterlibatan di berbagai bidang mulai dari ekonomi dan perubahan iklim hingga militer dan krisis fentanil di AS, bahkan saat kedua negara berselisih mengenai Taiwan, yang diklaim Tiongkok sebagai bagian wilayahnya, hubungan Beijing dengan Moskwa, serta sengketa maritim Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan dengan negara-negara tetangga.

Baca Juga: