BEIJING - Pemunculan klaster wabah baru-baru ini di Beijing sempat menimbulkan kekhawatiran akan datangnya gelombang kedua infeksi virus korona di Tiongkok. Namun para pejabat di Tiongkok tak terlalu mengkhawatirkan itu karena mereka telah menyusun strategi baru bagi menangkal penyebaran virus yang mematikan itu.

Berdasarkan strategi terbaru, otoritas di Tiongkok tak akan mengulang diberlakukannya penutupan wilayah (lockdown) secara nasional seperti diterapkan pada awal tahun ini saat pertama kali virus menyebar di Wuhan. Mereka malah akan mengisolasi sejumlah pemukiman dan lebih fokus melakukan uji kesehatan massal walau harus memeriksa lebih dari setengah populasi di Beijing yang kini jumlah totalnya mencapai 21 juta jiwa.

Pendekatan dengan menggunakan metode ini tampaknya bisa berhasil seiring dengan adanya laporan kasus infeksi hanya satu digit saja per harinya sejak awal Juli dan malah nol kasus dalam 3 hari terakhir.

Mengapa itu bisa terjadi? Inilah cara yang ditempuh Tiongkok dalam mengendalikan pemunculan wabah baru.

Pertama-tama yang mereka lakukan adalah mencari tahu bagaimana wabah bermula. Tiongkok telah berupaya keras untuk melindungi ibu kota saat pandemi sekarang ini sehingga untuk itu mereka memutuskan untuk mengalihkan penerbangan pesawat ke kota-kota lain dan mewajibkan pengunjung melakukan karantina dan pengujian kesehatan.

Tapi pada awal Juni, dilaporkan ada beberapa kasus infeksi korona di Tiongkok seiring dengan langkah Beijing melonggarkan aturan protokol kesehatan serta membolehkan warga tak mengenakan masker saat berada di luar ruangan.

Lalu muncul klaster penyebaran pada 11 Juni di Beijing. Klaster ini menyebar dari sebuah pasar pangan grosir Xinfadi yang sempat menimbulkan 335 kasus virus korona. Saat itu juga pasar itu ditutup dan ribuan warga harus dikarantina dan ada 11 juta warga dicek kesehatannya.

Pemerintah di Beijing lalu melarang warga mendatangi area berisiko tinggi dan mewajibkan siapapun yang meninggalkan area berisiko untuk menunjukkan kartu yang menyatakan negatif terkena Covid-19.

Perbedaan Langkah

Hal ini berbeda dengan langkah-langkah yang dilakukan saat wabah virus korona pertama kali merebak di Kota Wuhan. Pemerintah Tiongkok secara ketat menerapan lockdown di Wuhan dan Provinsi Hubei yang mengurung hampir 60 juta orang di rumah mereka masing-masing.

"Kini, otoritas di Beijing hanya menerapkan pengendalian terperinci dengan hanya memberlakukan lockdown di satu wilayah pemukiman," demikian laporan kantor berita AFP pada Kamis (9/7).

Pengendalian terperinci juga mengatur agar bisnis sekitar area berisiko ditutup namun tak menutup mal dan restoran di bagian lain dari ibu kota yang di wilayah sekitarnya tak ada laporan kasus.

Langkah penting lainnya yaitu pelacakan dan isolasi secara gencar terhadap siapapun yang berpotensi besar terpapar virus. Fasilitas kamera pemantau (CCTV) juga dioptimalkan untuk mencari tahu kendaraan yang lalu lalang di area berisiko.

Menilik langkah-langkah yang sudah dilakukan selama ini, Beijing sepertinya sudah bisa dijadikan model bagi menghadapi serangan gelombang kedua virus korona jika wabah ini benar-benar terjadi.

"Tak ada negara lain yang memiliki sumber daya, kapabilitas, ketegasan dan dukungan finansial untuk melakukan semua ini kecuali Tiongkok," komentar Leong Hoe Nam, seorang pakan penyakit infeksi di RS Mount Elizabeth di Singapura. SB/AFP/I-1

Baca Juga: