Para pelaku bisnis dari Tiongkok dan Australia menjalin kerjasama dalam mengembangkan hidrogen hijau, yang menjadi sumber energi baru yang menjanjikan. Hal tersebut setelah kedua negara melanjutkan dialog ekonomi tingkat tinggi pada bulan Mei seiring dengan meningkatnya hubungan bilateral di bawah pemerintahan Albania.

Para ahli Tiongkok mengatakan, hidrogen yang merupakan sumber energi hijau memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar. Sehingga, kesuksesan dapat diharapkan dari kemitraan antara Tiongkok dan Australia.

Wakil Kepala Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok, Li Chunlin telah bertemu dengan Pendiri sekaligus Ketua Eksekutif Perusahaan Tambang Raksasa Australia, FMG, Andrew Forrest.

Li mengatakan kepada Forrest bahwa komisi tersebut akan terus mendukung perusahaan-perusahaan dari kedua negara, termasuk FMG, untuk terlibat dalam kerja sama komersial yang setara, bersahabat, dan saling menguntungkan.

"Perusahaan-perusahaan asing termasuk perusahaan-perusahaan Australia dipersilakan untuk mengambil bagian dalam pengembangan hidrogen di Tiongkok," kata Li, dikutip dari Global Times, Senin (5/6).

Forest mengatakan bahwa FMG bersedia bekerja sama dengan mitra-mitra Tiongkok untuk mempromosikan sumber daya energi hijau. Adapun Forrest sendiri merupakan seorang aktivis yang mempelopori pengembangan hidrogen.

Sebuah unit di bawah FMG berencana untuk membangun kapasitas tahunan sebesar 15 juta ton hidrogen hijau pada tahun 2030. Hidrogen hijau berarti hidrogen yang berasal dari listrik yang dihasilkan dari energi hijau dan terbarukan seperti tenaga angin dan matahari.

Pada bulan Maret, perusahaannya, produsen bijih besi nomor empat di dunia, menandatangani kesepakatan dengan Provinsi Hunan, Tiongkok Tengah, tentang kerja sama rantai pasokan untuk eksplorasi energi hijau.

Perusahaan-perusahaan dari Zhuzhou dan Changde di Hunan, dua kota industri, akan memainkan peran penting dalam memasok perusahaan-perusahaan termasuk FMG dengan layanan satu atap dan terintegrasi termasuk peralatan hidrogen.

Direktur Pusat Penelitian Ekonomi Energi Tiongkok dari Universitas Xiamen, Lin Boqiang mengatakan, perusahaan-perusahaan Australia mengambil pendekatan pragmatis dalam melakukan pengadaan dari pemasok Tiongkok.

"Peralatan hidrogen hijau Tiongkok mungkin bukan yang terbaik di dunia, tetapi dalam hal efektivitas biaya, tidak ada duanya. Dari titik ini, kita dapat mengatakan bahwa jalan Australia untuk beralih ke energi hijau lebih tulus daripada entitas lain, seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, yang memiliki tarif untuk produk energi baru," ujar Lin.

FMG tidak sendirian. Para eksekutif dari Hyfun yang berbasis di Shanghai, penyedia infrastruktur hidrogen, bertemu dengan Duta Besar Australia untuk Tiongkok Graham Fletcher dan pihak Australia menyatakan minat yang kuat terhadap solusi penyimpanan hidrogen solid-state berbasis magnesium milik Hyfun, menurut akun WeChat perusahaan tersebut pada tanggal 31 Mei.

"Tiongkok dan Australia sangat saling melengkapi dalam pengembangan energi hijau dalam hal teknologi, permintaan dan pasokan pasar," ucap Song Wei, seorang profesor di School of International Relations and Diplomacy, Beijing Foreign Studies University.

Sebuah studi dari Badan Energi Terbarukan Australia memperkirakan permintaan ekspor hidrogen dari Australia akan mencapai 3 juta ton per tahun pada tahun 2040, dengan nilai $10 miliar per tahun.

Namun, Lin mengatakan jika Australia ingin mengekspor hidrogen hijau ke Tiongkok, Australia perlu memperbaiki masalah biaya yang meningkat dari produksi dan transportasi. Menurutnya, tiongkok adalah produsen hidrogen hijau yang sangat kompetitif dan hidrogen Australia setidaknya harus berada dalam kisaran harga yang sama jika ingin menjajaki pasar Tiongkok.

"Kerja sama bilateral antara Tiongkok dan Australia dalam hal hidrogen merupakan anugerah bagi hubungan bilateral, sekaligus membantu mengekang perubahan iklim global," tutur Zhou Fangyin, seorang profesor di Guangdong Research Institute for International Strategies.

"Ini juga merupakan jenis kerja sama yang membutuhkan waktu bertahun-tahun, yang berarti keuntungannya juga akan bersifat jangka panjang," tambah Zhou.

Sektor energi hidrogen Tiongkok telah memasuki jalur cepat pembangunan. Sebagai produsen hidrogen terbesar di dunia, Tiongkok memiliki produksi energi hidrogen tahunan sekitar 33 juta ton.

Sebuah rencana pengembangan sektor ini untuk periode 2021-2035, yang dirilis pada bulan Maret, menyerukan produksi hidrogen dari energi terbarukan untuk mencapai 100-200 ribu ton per tahun pada tahun 2025. Pengurangan karbon dioksida akan mencapai 1-2 juta ton per tahun.

Baca Juga: