Untuk memacu kemajuan sains di Tanah Air, hendaknya semua pihak mendorong dan membuka kesempatan perempuan berkiprah di bidang tersebut.

JAKARTA - Partisipasi perempuan dalam penelitian, terutama di bidang science, technology, engineering, manufacture (STEM) harus ditingkatkan. Langkah awal untuk mencapai hal tersebut adalah mulai menghilangkan stereotipe yang melemahkan posisi perempuan.

"Kenyataannya di dalam dunia penelitian, peran perempuan di Indonesia masih harus ditingkatkan. Stereotipe kadang-kadang menghambat perempuan dalam lapangan kerja dan penelitian," kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro dalam acara dengan tema Girls in Science Talk Show, di Jakarta, Minggu (9/8).

Bambang menjelaskan stereotipe yang melemahkan perempuan di bidang penelitian STEM berdampak pada sikap perempuan dalam memandang penelitian serta kesenjangan dalam pembagian kerja. Padahal, ada juga stereotip atau kemampuan alamiah perempuan yang sangat cocok untuk profesi peneliti seperti kepekaan, ketelitian, dan multitasking atau mengerjakan banyak hal sekaligus.

"Stereotipe ini tidak dijadikan kelemahan, tapi kekuatan yang bisa dipertimbangkan pemangku kebijakan. Tapi di sisi lain, para ilmuwan perempuan mulai bisa mendefinisikan kelebihannya." jelasnya.

Belum Setara

Bambang menambahkan adanya stereotip yang melemahkan peran perempuan dalam penelitian khususnya di bidang STEM, berdampak pada kurangnya minat perempuan untuk mengambil studi ilmu STEM di perguruan tinggi. Dengan begitu, peran perempuan dalam bidang tersebut baik pekerja atau peneliti masih belum setara dibanding laki-laki.

Berdasarkan Buku Statistik Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2019, dari 1.647.584 mahasiswa di bidang STEM dan MIPA, 67,5 persennya merupakan mahasiswa laki-laki sedang 32,5 persen sisanya adalah perempuan.

Bambang menekankan pentingnya meninggalkan stereotip lama yang melemahkan perempuan sehingga tidak membelenggu perempuan agar bisa berpartisipasi di jurusan-jurusan yang biasanya dikuasai laki-laki.

"Jadi kita harus memposisikan kesetaraan perempuan untuk bidang STEM. Bisa juga memposisikan kesetaraan perempuan untuk bidang STEM serta mempromosikan penelitiannya, termasuk kebutuhan dan tantangan spesifik untuk perempuan," ucapnya.

Lebih jauh Bambang berharap partisipasi perempuan dalam bidang STEM tidak hanya menjadi peneliti, perekayasa, atau dosen. Perempuan, lanjutnya, bisa berpartisipasi sebagai entrepreneur dengan menciptakan startup sehingga bisa mendorong kegiatan-kegiatan penelitian sebagai basis ekonomi.

"Penelitian muncul dari adanya ide. Itu contoh partisipasi perempuan dalam STEM, sebagai yang memotivasi, inisiasi, dan menggerakan penelitian," tandasnya.

Wakil Kepala LBM Eijkman, Herawati Sudoyo, menekankan sains kerap dianggap bukan karier yang cocok untuk perempuan sebab laki-laki dianggap lebih tinggi komitmennya. Stereotip tersebut menyesatkan sebab sains merupakan karier yang cocok untuk semua orang. ν ruf/N-3

Baca Juga: