JAKARTA - Indonesia, Amerika Serikat (AS) bersama sejumlah negara lain pada Kamis (31/8) menggelar latihan militer gabungan terbesar, Super Garuda Shield 2023, dengan salah satu tujuannya disebut pemerintah untuk meningkatkan kapasitas TNI.

Kapuspen TNI, Laksamana Muda Julius Widjojono, mengatakan latihan tahunan yang berlangsung selama dua minggu hingga 13 September dan berpusat di Stubondo, Jawa Timur ini, akan melibatkan 6.160 personel yang sebagian besar merupakan pasukan TNI dan AS, serta dari Australia, Jepang, dan Singapura, serta peserta baru, Prancis dan Inggris.

"Ini akan menjadi yang terbesar. Belajar taktik metode operasi sehingga tentara kita semakin profesional," kata Julius, menambahkan bahwa kegiatan itu juga untuk memperkuat keamanan dan kerja sama regional.

Dikutip dari BenarNews, Julius menambahkan TNI menerjunkan 2.810 personel lintas matra pada Garuda Shield 2023, sementara AS sebanyak 2.507 personel, Australia 130, Jepang 284, Inggris 215, dan Singapura 214.

Latihan ini akan melibatkan sekitar 2.000 tentara lebih banyak dibandingkan tahun lalu, Super Garuda Shield terbesar sebelumnya, yang melibatkan 4.337 personel dari 13 negara.

Pengembangan Profesional

Menurut Kedutaan Besar AS di Jakarta, latihan tersebut mencakup pertukaran akademis dan lokakarya pengembangan profesional, simulasi komando dan kendali, latihan amfibi, operasi lintas udara, latihan perebutan lapangan udara, dan latihan gabungan berbagai matra.

"Super Garuda Shield 2023 digelar didasarkan pada kesuksesan besar tahun lalu," kata Panglima Angkatan Darat AS untuk Pasifik, Jenderal Charles Flynn, dalam statemen yang dikeluarkan Kedutaan AS.

"Latihan gabungan multinasional ini menunjukkan komitmen kolektif dan kesatuan pemikiran kita, memungkinkan terciptanya Indo- Pasifik yang stabil, aman, dan lebih damai, bebas dan terbuka," ujarnya.

Garuda Shield digelar di beberapa tempat, salah satunya di perairan Natuna yang berbatasan dengan kawasan Laut Tiongkok Selatan yang diklaim Beijing. Latihan bahkan berlangsung tak berselang lama dari keputusan Beijing menggelar serangkaian latihan tembak-menembak di perairan tersebut.

Meskipun Tiongkok mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Tiongkok Selatan, Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam juga memiliki klaim territorial atas perairan itu.

Indonesia bukan salah satu pihak yang mengajukan klaim, namun memiliki konflik dengan Tiongkok terkait hak penangkapan ikan di sekitar kepulauan Natuna. Jakarta telah menyatakan keprihatinannya atas klaim maritim Beijing yang luas dan tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.

Awal pekan ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok meminta AS untuk berhenti campur tangan di wilayah tersebut sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang pernyataan bersama para pejabat Indonesia dan AS mengenai klaim Beijing di Laut Tiongkok Selatan. Juru Bicara Kemenlu Tiongkok, Wang Wenbin, mengatakan para pejabat Indonesia membantah membuat pernyataan tersebut.

"Negara-negara di kawasan ini memiliki aspirasi dan kepentingan yang sama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Tiongkok Selatan dan bekerja sama untuk pembangunan," kata Wang pada Senin.

"AS perlu dengan sungguh-sungguh menghormati upaya negara-negara di kawasan untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas di Laut Tiongkok Selatan, berhenti ikut campur dalam masalah Laut Tiongkok Selatan, berhenti menabur perselisihan dan menciptakan masalah, dan menahan diri untuk tidak mengganggu perdamaian dan stabilitas di kawasan".

Baca Juga: