Warga diajak melihat potensi tanaman di sekitar tempat tinggal untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan lokal peningkatan gizi.
JAKARTA - Keluarga diajak melihat potensi tanaman di sekitar lingkungan tempat tinggal untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan lokal peningkatan gizi keluarga. Kini, begitu pentingnya peningkatan gizi yang dimulai dari sebuah keluarga.
"Pemanfaatan bahan pangan lokal yang bisa diolah menjadi makanan bergizi berguna untuk memenuhi nutrisi ibu hamil, menyusui dan anak di bawah dua tahun," ujar Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Rizal Martua Damanik, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (15/8).
Seperti dikutip dari Antara, Rizal mengatakan bahan pangan lokal adalah bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan terdekat, seperti di Kalimantan Selatan saat ia menghadiri acara peningkatan kapasitas Aparatur Sipil Negara (ASN) terhadap program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting pada Minggu (13/8).
"Banyak sekali ikan-ikan sungai seperti ikan gabus (di Kalimantan Selatan). Bahan pangan lokal juga bisa diolah sedemikian rupa agar anak-anak menyukainya," kata dia.
Direktur Bina Penggerakan Lini Lapangan BKKBN, I Made Yudhistira Dwipayama, yang hadir dalam acara ini mengingatkan kepada para penyuluh untuk mengawal pengukuran yang sedang dilaksanakan oleh para petugas survei lapangan di masing-masing wilayah kerjanya.
Aksi Nasional
Made mengatakan para penyuluh jangan sampai lupa dengan kegiatan prioritas rencana aksi nasional percepatan penurunan stunting. "Ingat semua ini, penyediaan data keluarga berisiko stunting, pendampingan keluarga berisiko stunting, pendampingan semua calon pengantin atau calon pasangan usia subur, pengawasan keluarga berisiko stunting, serta audit kasus stunting," ucap Made.
Sementara itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo sebelumnya menyatakan buku Menu Bergizi Dashat Nusantara harus mempunyai roh untuk menghidupkan pangan lokal.
"Dengan buku ini, kita harus punya roh dan energi yang kuat, kita pilah produk lokal, kita pilah makanan nusantara, kita tolak makanan asing yang tidak penting, kalau kita punya kekuatan dan ideologi itu, maka (buku) ini akan menggelegar," katanya.
BKKBN bekerja sama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) meluncurkan buku Menu Bergizi Dashat Nusantara yang memuat informasi berupa pemanfaatan bahan pangan lokal yang diolah menjadi makanan bergizi guna memenuhi nutrisi ibu hamil, menyusui, dan anak di bawah dua tahun (baduta).
Ia mengatakan buku yang dibuat atas hasil riset yang dilakukan dengan material yang ada di BKKBN ini diharapkan bisa memberikan roh dan energi yang bermanfaat agar masyarakat bisa mengubah mindset tentang makanan bergizi.
"Setelah kita punya buku yang bagus ini, bagaimana kita bisa mengubah mindset masyarakat Indonesia, kita bilang bahwa makanan Anda tidak benar, makanan Anda itu mahal tetapi tidak benar, yang benar itu misalnya, daun kelor itu hebat," katanya.
Ia menegaskan inovasi buku saja tanpa diikuti dengan energi dan reformasi untuk mengubah pola pikir masyarakat, maka akan sia-sia belaka.
"Energi atau roh di balik buku harus ada, yang bersifat ideologis. Jadi, kita bela betul untuk mengimplementasikan menu nusantara. Kita punya nation state, bahwa kita punya gizi yang cukup, punya sumber yang cukup, dan kita bisa," katanya.
Untuk itu, dia mengajak kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam pembuatan buku Menu Bergizi Dashat Nusantara untuk menuangkan energi dan membuat revolusi khusus tentang gizi dan pangan demi melepaskan ketergantungan masyarakat dari produk mi.