Kebijakan produksi pertanian sampai saat ini belum berpihak kepada kesejahteraan petani dan kedaulatan pangan di Indonesia.

JAKARTA - Pemerintah perlu memperbaiki sistem pertanaman padi untuk menggenjot produksi pangan nasional. Efektivitas pertanaman padi di Indonesia dinilai masih dapat dimaksimalkan kembali.

Pakar pertanian dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Prof Totok Agung Dwi Haryanto, mengharapkan pemerintah meningkatkan indeks pertanaman demi meningkatkan produksi padi dan kesejahteraan petani.

"Sebenarnya kalau pemerintah serius ingin membangun kebijakan kedaulatan pangan, kita masih punya potensi di aspek peningkatan indeks pertanaman," kata Totok di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (25/4) sore.

Dia mengatakan jika rerata usia tanaman padi 3,5 bulan dan ditanam pada lahan sawah beririgasi di Indonesia seluas 7,1 juta hektare, ada peluang membuat pertanaman padi sebanyak tiga kali tanam dalam setahun. Saat ini, kata dia, rerata indeks pertanaman padi di Indonesia baru mencapai 1,55 yang berarti masih ada sisa waktu pada lahan sawah beririgasi sebanyak 1,45 kali penanaman.

"Dengan kata lain, 1,55 itu menggambarkan hanya separuh dari luas lahan sawah 7,1 juta hektare itu yang bisa ditanami padi dua kali dalam setahun, sisanya satu kali. Berarti ada lahan yang tersedia di sawah irigasi kita luas 3,5 juta hektare yang ditanami padi satu kali dalam setahun, padahal itu adalah sawah," kata Guru Besar Fakultas Pertanian Unsoed.

Namun yang menjadi persoalan, lanjutnya, hingga saat ini belum ada data valid terkait di mana dan kapan lahan-lahan sawah itu hanya ditanami padi satu kali dalam setahun.

Dia mengatakan jika ada data valid mengenai hal tersebut, berarti harus serius dalam meningkatkan indeks pertanaman setiap jengkal lahan sawah, sehingga sisa lahan sawah yang belum ditanami padi itu bisa ditingkatkan indeks pertanamannya. "Ini akan membutuhkan investasi yang jauh lebih rendah daripada mencetak sawah baru satu juta hektare di Kalimantan," katanya.

Selain itu, kata dia lagi, peningkatan indeks pertanaman juga akan berhubungan langsung dengan kesejahteraan petani karena berdasarkan karakteristik, kepemilikan lahan petani di Indonesia sempit. Dengan demikian, lanjut dia, intensifikasi melalui penanaman padi lebih dari satu kali dapat menjadi jalan keluar dalam peningkatan kesejahteraan petani yang lahannya sempit.

SDM Mumpuni

Menurut dia, peningkatan indeks pertanaman dengan memanfaatkan sawah yang ada lebih berpeluang meningkatkan produksi padi dibanding mengembangkan lahan padi satu juta hektare di Kalimantan yang justru akan memunculkan persoalan-persoalan mendasar dengan masyarakat lokal.

"Disebabkan bahwa kita itu sebetulnya memiliki kemampuan dari segi SDM (sumber daya manusia), teknologi, maupun budaya yang mendukung untuk terpenuhinya kebutuhan pangan. Hanya persoalannya di tingkat kebijakan yang menurut hemat saya, belum berpihak kepada kesejahteraan petani dan kedaulatan pangan di Indonesia," katanya lagi.

Sebelumnya, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengatakan pemerintah memutuskan menaikkan anggaran untuk pupuk bersubsidi hingga menyiapkan benih padi dan jagung gratis bagi petani. Tahun ini, anggaran pupuk subsidi dinaikkan menjadi 9,55 juta ton dari ketetapan awal 4,7 juta ton.

Pemerintah juga akan melakukan pompanisasi di sejumlah daerah tadah hujan di Jawa dan luar Jawa, dengan biaya tambahan sebesar 5,8 triliun rupiah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ketiga, dia menjelaskan bahwa pemerintah akan menyiapkan benih bibit unggul gratis untuk petani, untuk pembibitan dua juta hektare padi dan dua juta hektare jagung.

Baca Juga: