JAKARTA - Tingginya biaya produksi perikanan budidaya membuat pembudidaya kewalahan untuk meningkatkan produksinya. Kondisi ini pun berdampak terhadap melemahnya daya saing produk perikanan Indonesia di pasar global.

Sekretaris Jenderal KKP merangkap Pelaksana Tugas (Plt.) Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Nilanto Perbowo menyebutkan, faktor utama membengkaknya biaya produksi perikanan budidaya ialah mahalnya biaya pakan impor yang mencapai di atas 60 persen dari biaya produksi.

Menurutnya, hampir keseluruhan biaya produksi dialokasikan untuk pakan. "Contoh biaya di atas 60 persen ini terjadi di komoditas ikan patin. Sekarang baru mulai efisien karena pakannya diproduksi sendiri," ungkapnya di Jakarta pada Kamis (4/7).

Nilanto menjelaskan, adanya efisiensi itu karena adanya program SMART-Fish yang melibatkan KKP bersama Kedutaan Besar Swiss di Indonesia dan Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unido). Adapun Swiss merupakan negara yang cukup maju dalam budidaya perikanannya.

Selain patin, menurut Nilanto, komoditi lainnya yang juga kena efeknya ialah rumput laut dan tuna. Program SMART-Fish diterapkan sejak 2016 dan untuk periode pertama memberikan efek positif kepada sekitar 6.000 pemangku kepentingan (masyarakat, swasta dan pemerintah) di 37 kabupaten/kota yang tersebar di 16 provinsi di seluruh Indonesia.

Program sebelumnya berkontribusi terhadap dampak ekonomi sebesar 22.6 juta dollar AS melalui peningkatan penjualan pada pasar domestik dan ekspor, keuntungan dan pendapatan. Intervensi SMART-Fish juga mendorong investasi oleh petani, pengolah dan pemerintah sebesar 11, 8 juta dollar AS. Program ini dilanjutkan hingga 2022. Kepastian perpanjangan itu diputuskan di Jakarta pada Kamis (4/7).

Pasar Ekspor

Nilanto mengatakan, Ikan Patin merupakan komoditas andalan RI, namun masih sulit menembus pasar global, karena ketatnya persaingan pasar. Di sisi lain RI tak memiliki kendala berarti di pasar domestik mengingat impor patin dilarang oleh KKP.

Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Machmud menambahkan, pemerintah menargetkan perluasan pasar ekspor patin ke benua Afrika dan Eropa. Hal itu memanfaatkan kondisi kualitas patin Vietnam yang tengah rusak akibat tercemarnya sungai Mekong.

"Jika produksi terus meningkat kita juga mengincar pasar Tiongkok dan Amerika. Permintaan patin di Tiongkok sangat tinggi dan masih dikuasai Vietnam. Kita juga menargetkan pasar Amerika,"tutup dia. ers/E-12

Baca Juga: