Pada Minggu (21/5), Timor Leste menggelar pemilihan parlemen. Pemilu ini diperkirakan akan menjadi pertarungan antara dua partai terbesar antara Fretilin yang berkuasa saat ini dan Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT).

DILI - Warga Timor Leste pada Minggu (21/5) pagi berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memberikan hak suara mereka dalam pemilihan parlemen. Pemilu itu sendiri digelar dengan harapan bisa mengakhiri kebuntuan politik selama bertahun-tahun.

Ini adalah pemilihan parlemen kelima Timor Leste sejak merdeka pada 2002, dengan 65 anggota parlemen nasional dipilih untuk mandat lima tahun.

Saat TPS dibuka pada pukul 7 pagi waktu setempat, para pemilih membentuk antrean panjang sambil membawa payung untuk berteduh saat mereka dengan sabar menunggu giliran.

"Semua orang datang untuk memberikan suaranya, karena satu suara dapat membuat perubahan," ucap Cesar dos Santos de Carvalho, 61 tahun, di sebuah TPS di Ibu Kota Dili. "Saya berharap partai politik yang saya pilih dapat memperhatikan pada bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan pertanian, karena ini adalah sektor prioritas yang dibutuhkan semua orang," imbuh dia.

Pada pemilihan parlemen ini, sebanyak 890.000 orang terdaftar sebagai pemilih dan total 17 partai yang memperebutkan kursi di parlemen. Pemilih muda merupakan sebagian besar dari pemilih di negara berpenduduk 1,3 juta orang yang 65 persen di antaranya berusia di bawah 30 tahun.

Perseteruan Politik

Pemilu parlemen Timor Leste ini diperkirakan akan menjadi pertarungan antara dua partai terbesar antara Front Revolusioner untuk Timor Timur Merdeka yang dikenal sebagai Fretilin yang saat ini berkuasa dan Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT).

CNRT dipimpin oleh Xanana Gusmao, presiden pertama negara itu hingga 2007, sedangkan pemimpin Fretilin adalah mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri. Keduanya dianggap ikon era kemerdekaan dan veteran politik Timor Leste, namun keduanya telah berseteru selama beberapa dekade.

CNRT memenangkan pemilihan presiden tahun lalu setelah meraih 62 persen suara dalam putaran kedua, dengan peraih Nobel Perdamaian dan sekutu Xanana Gusmao yaitu Jose Ramos-Horta menduduki jabatan presiden.

Gusmao berharap bisa kembali membangun momentum itu dengan mengambil alih badan legislatif, tetapi dia mungkin perlu menjalin aliansi dengan partai-partai kecil.

Sementara itu kubu Fretilin yang dipimpin Alkatiri, berjanji untuk mengamankan kemenangan yang jelas dan mempertahankan kepemimpinan mereka di parlemen. AFP/I-1

Baca Juga: