WASHINGTON - Para kreator konten TikTok menyuarakan kemarahannya pada Rabu (13/3) atas rancangan undang-undang yang dapat membatalkan platform tersebut di Amerika Serikat. RUU tersebut bertentangan dengan akal sehat dan kebijaksanaan finansial.

Dewan Perwakilan Rakyat AS menyetujui RUU yang akan memaksa TikTok melakukan divestasi dari pemiliknya di Tiongkok atau dilarang karena dugaan memiliki hubungan dengan Partai Komunis Tiongkok.

"Jika itu benar-benar soal apa yang mereka katakan, maka kami akan melakukan percakapan ini dengan (pemilik X) Elon Musk, yang pada dasarnya dapat mengubah politik Amerika dalam sekejap," kata kreator TikTok Ariella Elm kepada AFP di luar Gedung Putih.

Elm, yang mengaku sebagai aktivis politik, memiliki sekitar 287.000 follower di TikTok.

Presiden Joe Biden mengatakan akan menandatangani RUU tersebut menjadi undang-undang jika sudah sampai di mejanya, tetapi RUU tersebut harus lolos ke Senat terlebih dahulu.

"Ada kemungkinan besar (TikTok) bisa dilarang, dan itu gila," kata kreator TikTok Nathan Espinoza, yang menggunakan nama user 'beowulftiktok', kepada AFP. "Anggota parlemen tidak memahami betapa besarnya masalah ini."

"Seluruh bagian komentar di video yang saya posting tentang topik ini dibanjiri dengan tanggapan yang sangat negatif, orang-orang tidak senang sama sekali."

TikTok bersikukuh bahwa pemerintah Tiongkok tidak melakukan tindakan apa pun.

"Banyak anggota parlemen yang membuat ini terdengar seolah-olah hanya berisi propaganda Tiongkok atau berisi pesan-pesan dari Partai Komunis Tiongkok," kata Espinoza.

"Tetapi bagi saya, ini satu-satunya media sosial di mana saya melihat representasi yang merata dari semua sisi politik."

User Muda, Pemilih Muda

TikTok memainkan peran utama dalam industri media digital dan dalam hal pemasaran, khususnya untuk usaha kecil, Espinoza beralasan.

Jutaan orang mulai dari politisi hingga remaja dan pengusaha akan merasakan dampaknya jika TikTok ditutup di Amerika Serikat, kata kreator konten gaya hidup Steven King, yang akun 'btypep'-nya memiliki 6,8 juta follower.

"Tidak ada rasa kebersamaan di platform mana pun dibandingkan dengan apa yang diciptakan TikTok," kata King.

Summer Lucille, yang akun TikToknya dijuluki 'Juicy Body Goddess', memiliki 1,4 juta follower, menggambarkan platform tersebut kaya akan informasi mentah secara real-time dan memiliki algoritma rekomendasi "seperti emas".

Espinoza, yang baru menginjak usia 18 tahun, juga yakin pejabat terpilih yang mendukung RUU tersebut akan mendapat "kejutan besar" karena ia dan generasi seusianya yang menyukai TikTok mengungkapkan kemarahan mereka.

"Ini tahun pertama saya memberikan suara dan banyak orang seusia saya menentang larangan TikTok ini," kata Espinoza.

Namun, beberapa pengguna TikTok mengatakan kepada AFP, mereka terbuka terhadap undang-undang yang dapat melindungi mereka serta mempertahankan keamanan nasional.

"Aspek kecanduannya adalah sesuatu yang tidak kita bicarakan," kata Victor Pelatere, seorang warga Boston berusia 20 tahun, kepada AFP.

"Ide pembusukan otak TikTok secara keseluruhan - lonjakan dopamin besar-besaran, dan tidak adanya rentang perhatian - hal-hal seperti itu bagus untuk dilarang."

Annmarie Fitzgerald, 22 tahun dari Boston, termasuk di antara mereka yang berbicara tentang mungkin terlalu banyak menggunakan TikTok.

"Bayangkan beberapa tahun lalu, kita tidak memilikinya. Tidak apa-apa jika kita tidak memilikinya lagi," katanya.

Baca Juga: