YOGYAKARTA - Jenderal yang menjadi Panglima Besar TNI ini seolah tak pernah habis untuk dibicarakan dan dijadikan suri tauladan. Ketua Umum Hizbul Wathan, gerakan Kepanduan PP Muhammadiyah, Endra Wdiyarsono dalam rilis pers PP Muhammadiyah, Senin (9/8) mengemukakan setidaknya ada ada tiga hal yang menarik dan perlu diteladani dari sosok Jenderal Sudirman.

Pertama, sang Jenderal pernah menjadi Guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan sering melakukan perjalanan berkemah dari Cilacap ke Batur Banjarnegara. Pada kala itu, banyak yang mengenang Jenderal Sudirman sanggup berjalan selama tiga hari tiga malam. Dan selama perjalanan itu, Pak Dirman sapaannya dulu kerap berhenti di desa-desa dan melakukan pengajian.

"Kemudian anak buahnya membawakan kendi untuk wudhu. Kalau rombongan berkemah menginjak tanaman Pak Dirman menyuruh supaya dirapikan kembali," tutur Endra.

Ternyata pengalaman berkemah inilah yang menjadi strategi jitu Jenderal Sudirman ketika menghadapi Perang Gerilya dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Kedua, Jenderal Sudirman sering dianggap tak bisa ditangkap karena punya jimat khusus tetapi Endra mengklarifikasi bahwa bukan jimatnya yang melindungi sang Jenderal tetapi keteguhan dan kepercayaan pada Allah.

Ketiga, Jenderal Sudirman masih muda ketika menjadi anggota Hizbul Wathan dan belum pernah menua. Maka Sang Jenderal cocok untuk dijadikan panutan bagi generasi muda.

"Saat terpilih menjadi Panglima Besar TNI, Pak Dirman masih berusia 29 tahun. Usia itu terbilang masih muda dibanding rekan seniornya Urip Sumoharjo. Peran ini menunjukkan bahwa Pak Dirman layak menjadirole modelsekaliguscontoh pendidikan bagi generasi muda," pungkasnya.

Baca Juga: