SINGAPURA - Politik Singapura yang biasanya tenang, kini alami gejolak. Pasalnya kandidat utama suksesi perdana menteri mengundurkan diri dari pencalonan.

Wakil Perdana Menteri Singapura, Heng Swee Keat, yang adalah sosok utama yang digadang-gadang akan menjabat sebagai perdana menteri selanjutnya, menggantikan Lee Hsien Loong, pada Kamis (8/4) secara mengejutkan mengumumkan mundur dari pencalonan.

Heng beralasan bahwa usianya yang sudah menginjak 60 tahun menjadi alasannya untuk keluar dari pencalonan.

"Suksesi tetap menjadi tugas yang mendesak dan tidak dapat ditunda," kata Perdana Menteri Lee setelah Heng mengumumkan untuk mengundurkan diri.

PM Lee berharap pemimpin baru akan segera ditetapkan sebelum pemilihan umum berikutnya yang dijadwalkan pada akhir 2025. "Saya tidak berniat untuk bertahan lebih lama," ungkap PM Lee.

Menyikapi perkembangan politik Singapura terbaru ini, sejumlah analis menjagokan 3 menteri yaitu Menteri Perdagangan dan Industri, Chan Chun Sing, Menteri Transportasi, Ong Ye Kung, dan Menteri Pendidikan dan Wakil Kepala Satgas Penanggulangan Covid-19, Lawrence Wong sebagai para kandidat kuat untuk menduduki jabatan perdana menteri Singapura berikutnya.

Tugas Berat

Mengemban jabatan sebagai PM Singapura tidaklah mudah. Walau pandemi covid-19 mendorong Singapura memasuki resesi terburuk, namun pemerintahan di Kota Singa ini telah berhasil mengendalikan penyebaran dengan pembatasan perjalanan dan pelacakan kontak terkait penyebaran virus korona yang mematikan itu.

Selain itu Singapura menghadapi masalah populasi yang makin menua, meningkatnya proteksionisme, dan kebutuhan membentuk kembali ekonomi untuk fokus pada teknologi.

"Karena Singapura itu sendiri menghadapi tekanan untuk perubahan, begitu pula politiknya," komentar Bridget Welsh, rekan peneliti kehormatan di Universitas Nottingham Asia Research Institute Malaysia.

Sejak meraih kemerdekaan, People's Action Party (PAP) yang kini dipimpin Lee, memegang kendali pemerintahan Singapura. Sejauh ini Singapura hanya memiliki tiga perdana menteri, termasuk ayahanda Lee, Lee Kuan Yew.

Dalam pemilihan umum tahun lalu, PAP mencatat hasil terburuknya. Sementara Heng hanya mampu meraih 53 persen suara di daerah pemilihannya. Analis mengatakan hasil tersebut mengurangi harapan Lee untuk mengamankan mandat kepada generasi berikutnya, walau PAP tetap memegang mayoritas di parlemen.

Meski ada sedikit gejolak, para ahli tidak melihat kemungkinan Singapura menuju krisis politik atau perubahan kepemimpinan yang dapat membawa perubahan besar dalam hal kebijakan. DW/I-1

Baca Juga: