“Penggunaan teknologi dalam pembuatan ASI bubuk menjadi tantangan untuk kita, di mana kita harus mengolah ASI tersebut agar menjadi bubuk dan tetap harus menjamin kualitas asi sebelum dan sesudah melalui proses pengeringan."
JAKARTA - Sebanyak tiga inovator dari kampus perguruan tinggi (PT) di Indonesia berbagi kisah tentang pengembangan inovasi dalam menjawab kebutuhan masyarakat lewat pergelaran Inovasi Karya Sivitas Akademika menuju Indonesia Emas 2045 di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Mahasiswa Program Studi Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (ITB), Zakaria Hermawan, berkolaborasi dengan dosen Sekolah Farmasi ITB Amirah Adlia membuat inovasi jasa pembuatan ASI Bubuk.
"Penggunaan teknologi dalam pembuatan ASI bubuk menjadi tantangan untuk kita, di mana kita harus mengolah ASI tersebut agar menjadi bubuk dan tetap harus menjamin kualitas asi sebelum dan sesudah melalui proses pengeringan," kata Amirah dalam temu wicara Peringatan ke-28 Harteknas yang diikuti dari Jakarta, Minggu (13/8).
Amirah menjelaskan ide awal terciptanya inovasi ini adalah untuk menghadirkan kemudahan bagi ibu yang masih harus menjalankan perannya sebagai ibu menyusui tetapi tetap ingin berkarier.
Dalam pengembangan produk, kata dia, pembuatan ASI bubuk menggunakan teknologi pengeringan beku (dry freeze) untuk menjaga kualitas dan komponen dalam ASI agar tidak rusak.
Di bidang pangan, Budi Setiadi Daryono dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menemukan melon kecil seukuran apel, yang diberi nama Hikapel. Budi menjelaskan keberadaan melon berukuran kecil dan berbobot ringan ini adalah jawaban dari keresahan sejumlah warga akan bobot melon di pasaran yang dinilai terlalu berat.
Inovasi unggulan lain di bidang kendaraan listrik yaitu bus listrik dari Universitas Indonesia (UI). Mohammad Adhitya inovator bus listrik UI menyebutkan inovasi ini sejalan dengan program UI GreenMetric.